Tantangan teknologi dan biaya produksi dipengaruhi karakter migas nonkonvensional yang memiliki permeabilitas rendah dan viskositas yang tinggi
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah mengejar target produksi satu juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 untuk menopang kebutuhan energi nasional.
Dalam waktu sembilan tahun ke depan, pemerintah akan melakukan sejumlah upaya guna mewujudkan target tersebut mulai dari menyederhanakan izin pengusahaan wilayah kerja minyak dan gas nonkonvensional, transformasi sektor hulu migas, hingga mendatangkan investasi senilai 250 miliar dolar AS.
"Dalam aturan baru nanti wilayah kerja eksisting dapat langsung melakukan eksplorasi maupun eksploitasi migas nonkonvensional tanpa kontrak baru," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji dalam keterangan pers yang dikutip di Jakarta, Sabtu.
Pemerintah juga akan melaksanakan studi migas nonkonvensional di seluruh wilayah kerja aktif untuk menentukan potensi, lalu melakukan pengeboran produksi.
Sumber minyak nonkonvensional terdiri atas heavy oil atau oil sands dan oil shale, serta sumber gas nonkonvensional yakni tight gas, shale gas, coal bed methane, dan gas hydrate.
Potensi migas nonkonvensional jauh lebih banyak dan beragam ketimbang konvensional, namun perkembangan teknologi dan biaya produksi menjadi tantangan untuk mendapatkan migas nonkonvensional yang berkualitas tinggi.
Tantangan teknologi dan biaya produksi dipengaruhi karakter migas nonkonvensional yang memiliki permeabilitas rendah dan viskositas yang tinggi.
Tutuka menjelaskan pemerintah akan memanfaatankan teknologi menggunakan multi-stage fractured horizontal (MSFH) sebagai proyek percontohan dengan estimasi biaya per sumur mencapai 22 juta dolar AS, yang diproyeksikan dapat memaksimalkan kegiatan eksplorasi dan ekspoitasi migas nonkonvensional.
"Kami berharap dapat memperoleh data yang berguna melalui pengeboran ini," kata Tutuka.
Merujuk data Kementerian ESDM, potensi migas nonkonvensional di Indonesia bersumber dari coal bed methane atau gas yang tersimpan di dalam batubara sebesar 453,30 triliun kaki kubik gas (TCF).
Selain itu, terdapat juga potensi shale gas sebanyak 574 TCF. Shale gas merupakan gas yang terperangkap di batu serpih sebagai gas bebas yang mengisi pori-pori atau rekahan atau gas yang tersimpan di fragmen organik.
Sepanjang kuartal I 2021, realisasi lifting minyak bumi tercatat 676.200 barel per hari atau hanya 96 persen dari target APBN 2021 sebesar 705.000 BOPD.
Sementara itu, realisasi lifting gas bumi tercatat 5,53 miliar standar kaki kubik per hari atau 98,2 persen dari target APBN 5,63 BSCFD.
Baca juga: Capai target 1 juta barel minyak butuh investasi 250 miliar dolar AS
Baca juga: Menteri ESDM: peluang industri migas masih prospektif
Baca juga: Sektor hulu migas siap tancap gas menuju 1 juta barel
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021