Surabaya (ANTARA News) - Ratusan pegiat Front Pembela Islam (FPI) Surabaya merobohkan papan nama Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) Jatim di Jalan Bubutan, Surabaya, Selasa.

"Saat itu, kami tidak ada di tempat, karena setelah Shalat Dzuhur ada acara `JAMAK` (Jaringan Masyarakat Anti-Kekerasan) Jatim," kata Ketua JAI Jatim, ustadz Sebthe Hasan, kepada ANTARA.

Menurut dia, ratusan pegiat FPI itu datang secara tiba-tiba pada pukul 13.00 WIB ketika kantor JAI Jatim sedang ditutup pasca-Shalat Dzuhur.

"Mereka datang dengan teriakan Allahu Akbar berkali-kali dan karena pagar tertutup maka mereka merusak apa yang ada. Mereka akhirnya merobohkan papan nama JAI dan diinjak-injak," katanya mengungkapkan.

Saat itu, menurut dia, tidak ada pengurus JAI di lokasi kejadian pasca-Dzuhur, kecuali seorang anggota JAI yang kebetulan berjualan di dekat kantor JAI. "Kami mendapatkan laporan dari beliau, lalu kami datang ke kantor," paparnya.

Tentang tindakan aparat kepolisian, ia mengatakan, saat itu hanya ada enam polisi, karena mayoritas polisi sedang mengawal aksi damai sejumlah organisasi keagamaan di lokalisasi Dolly dan sebagainya.

"Saya sudah mendapat konfirmasi dari Kanit Intelkam Polrestabes Surabaya tentang hal itu, dan beliau bilang polisi tidak dapat berbuat apa-apa, karena jumlahnya hanya enam orang, sedangkan pegiat FPI ada 200-an orang," ujarnya.

Sementara itu, sejumlah pengurus FPI Surabaya tidak dapat dihubungi ANTARA per telepon, meskipun handphone (HP) mereka aktif, namun sejumlah saksi mata menyebutkan FPI beralasan JAI sudah dinyatakan sesat oleh pemerintah.

Secara terpisah, Pelaksana Harian JAMAK Jatim Achmad Zainul Hamdi menyatakan siap melakukan advokasi terhadap pegiat JAI yang mengalamit tindak kekerasan itu.

"Kami tidak melihat pelakunya dari FPI atau bukan, karena kami tidak setuju kepada siapa pun yang melakukan tindak kekerasan atas nama agama. Kami akan mengumpulkan data dan fakta tentang kejadian itu," ujarnya menegaskan.

(E011/C004/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010