Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, menilai bahwa rupiah idealnya berada pada posisi Rp9.000 per dolar Amerika Serikat (AS), karena para eksportir, importir maupun konsumen dapat melakukan usahanya dengan lebih baik.
"Posisi rupiah pada level Rp9.000 per dolar AS diperkirakan cukup baik untuk semua usaha yang dapat bertahan dalam waktu lama, kata Edwin Sinaga di Jakarta," Selasa.
Menurut dia, rupiah yang saat ini berada dibawah Rp9.000 per dolar AS, memang bergerak dalam kisaran yang sempit, namun posisi rupiah dibawah tersebut sangat mengganggu ketajaman produk Indonesia di pasar ekspor.
"Kami memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan berusaha menekan rupiah untuk kembali ke level Rp9.000 per dolar," ujarnya.
Posisi rupiah saat ini berkisar Rp8.950-Rp8.960 per dolar AS, menurut dia, memang memberikan keuntungan yang lebih baik kepada importir namun daya saing produk Indonesia di pasar kurang kompetitif.
"Apabila tidak ada hambatan posisi rupiah yang paling bagus berada di level Rp9.000 per dolar AS," katanya.
Menurut dia, BI kemungkinan akan kembali ke pasar melakukan intervensi agar rupiah segera kembali ke level Rp9.000 per dolar.
"Kita lihat saja dulu bagaimana perkembangan pasar dan sikap BI terhadap pelaku asing yang kembali aktif bermain di pasar," ujarnya.
Ia mengatakan, pelaku pasar saat ini juga masih menunggu perkembangan lebih lanjut mengenai laju inflasi tinggi 2010 yang akan dapat mendorong bunga BI Rate bergerak naik.
Apabila BI Rate naik, maka dikhawatirkan rencana penurunan suku bunga bank khususnya kredit kemungkinan tidak akan terjadi, ucapnya.
Kondisi ini, lanjut dia akan juga memicu rupiah kembali meningkat karena arus modal asing ke pasar akan kembali meningkat.
Akibatnya rupiah akan kembali menguat yang kemungkinan akan berada dilevel Rp8.800 per dolar AS.
(T.H-CS/B008/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010