Mogadishu (ANTARA News/Reuters) - Gerilyawan Al-Shabaab Somalia hari Senin menyatakan telah memerintahkan tiga kelompok bantuan menutup operasi mereka karena dianggap menyebarkan propaganda Kristen.
Al-Shabaab menguasai sebagian besar wilayah tengah dan selatan Somalia bersama kelompok gerilya lain Hizbul Islam. Pertempuran antara gerilyawan itu dan pasukan pemerintah Somalia dukungan Uni Afrika di Mogadishu memperburuk salah satu krisis kemanusiaan paling genting di dunia.
Al-Shabaab mengatakan, mereka melarang World Vision, yang didirikan di AS pada 1950, Adventist Development and Relief Agency (ADRA) dan Diakonia beroperasi di negara Tanduk Afrika tersebut.
"Bertindak sebagai misionaris dengan dalih pekerjaan kemanusiaan, organisasi-organisasi itu telah menyebarkan ideologi korup mereka untuk menodai keyakinan suci muslim di Somalia," kata Al-Shabaab dalam sebuah pernyataan.
"Selain pekerjaan misionaris, juga tersebar korupsi dan hal-hal tidak layak akibat kehadiran mereka," katanya.
Gerilyawan itu memperingatkan bahwa badan-badan lain yang menyebarkan keyakinan Kristen mereka akan diusir.
Kantor World Vision`s Somalia yang berada di Nairobi mengatakan, kebijakan internal telah mencegah organisasi itu melakukan dakwah, dan mereka kini menghubungi staf setempat di Somalia.
Sebelumnya tahun ini, Al-Shabaab memerintahkan Badan Pangan Dunia PBB menghentikan semua operasi dan meninggalkan negara tersebut.
PBB memperkirakan, hampir separuh penduduk Somalia membutuhkan bantuan dan megara itu mencapai tingkat kekurangan gizi tertinggi di dunia.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya, Hizbul Islam, berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.
Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.
Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.
Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh Al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.
Gerilyawan muslim garis keras, yang meluncurkan ofensif sejak 7 Mei 2009 untuk menggulingkan pemerintah sementara dukungan PBB yang dipimpin oleh tokoh moderat Sharif Ahmed, meningkatkan serangan-serangan mereka.
Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari sejak itu, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.
Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010