Dalam siaran resmi, dia mengatakan dunia menjadi memberikan daya tarik tersendiri di setiap bagiannya yang punya keindahan khas di setiap sudut, dan tampak cantik jika dilihat dari berbagai sudut pandang.
Baca juga: Kemenperin dorong produsen batik terapkan industri hijau
"Kecantikan isi dunia tersebut, saya aplikasikan dalam hamparan kain yang bermotifkan sebuah karya yang kental dengan peninggalan tradisional yang terinspirasi dari salah satu keindahan warisan Indonesia," kata Oewi dalam siaran resmi, dikutip Jumat.
"Tepatnya dari sebuah kota yang berada di Jawa Tengah yaitu Jepara dari detail–detail yang ada pada Rumah Joglo Jepara, yang mana keindahan tergambar dalam goresa -goresan motifnya yaitu motif batik Sekar Jagad," lanjut dia.
Keindahan itu dituangkan dalam enam tampilan dari material katun premis prada, satin kulit jeruk, satin halus dan batu kristal dalam siluet H dan siluet A, dengna warna marun, merah, cokelat, kuning dan biru.
Dia menjelaskan, motif tersebut mengandung makna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain yang melihat akan terpesona. Motif Sekar Jagad sebenarnya berasal dari kata "kar jagad" yang diambil dari bahasa Jawa. Kar adalah peta dan Jagad adalah dunia. Motif ini juga melambangkan keragaman isi dunia.
Tanpa menghilangkan kesan batik sekar jagad yang memiliki makna filosofis keindahan dan keanekaragaman, dia memilih motif pada setiap petanya dengan keanekaragaman kesenian yang ada di dalam peninggalan Rumah Joglo Jepara yang masih terjaga keasliannya. Misalnya, relief pada bagian tiang penyangga, relief pada bagian lampu, langit–langit pada bagian pringgitan serta motif tegel lantai Rumah Joglo.
"Bentuk-bentuk tersebut menginspirasi saya di dalam membuat motif."
Setelah memahami makna dan filososi Sekar Jagad, dia terinspirasi merancang koleksi yang diharap bisa membuat para perempuan Indonesia tampil modis dan elegan dalam mengenakan busana muslimah bernuansa etnik yang modern.
Baca juga: Aksi protes pembakaran batik tulis di Pamekasan terus berlanjut
Baca juga: Pengrajin batik harus peka pasar
Baca juga: Pedagang batik Pekalongan terdampak pandemi berkepanjangan
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021