Bandung (ANTARA News) - Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), M.Jusuf Kala (JK), mengatakan bahwa persoalan budaya menjadi salah satu kendala dalam penanggulangan bencana di Indonesia.
"Persoalan dalam penanggulangan bencana adalah sosial budaya masyarakat," kata JK saat memberikan pidato utaa peluncuran buku "Mengelola Risiko Bencana di Negara Maritim Indonesia", di Bandung, Senin.
Wakil presiden RI periode 2004-2009 tersebut mencontohkan tragedi tsunami yang melanda Aceh beberapa waktu silam.
"Penduduk Pulau Simeuleu yang lebih dekat dengan episentrum gempa hanya enam orang yang meninggal, sangat sedikit jika dibanding dengan korban di Aceh yang lebih ke darat," kata dia.
JK menjelaskan, penduduk Pulau Simeuleu langsung lari ke dataran yang lebih tinggi ketika terjadi gempa. Berbeda dengan penduduk Aceh di Pulau Sumatera.
"Itu sudah menjadi budaya mereka," kata dia.
Karena itu, JK mengatakan, faktor sosial budaya dan teknologi perlu dibangun untuk menanggulangi bencana yang kerap terjadi di Indonesia.
Lebih lanjut, dia membandingkan jumlah korban yang jatuh pada gempa Yogyakarta dengan Sumatera Barat.
"Kekuatan gempa di Sumatera Barat lebih besar, tapi jumlah korban lebih sedikit dibanding gempa Yogya," katanya.
Hal ini, kata JK, terjadi karena kebudayaan masyarakat Sumatera membangun rumah dengan atap seng. Berbeda dengan penduduk Pulau Jawa yang rata-rata memiliki rumah dengan atap genting.
"Meskipun, ada faktor pembeda lain, seperti waktu kejadian," kata JK.
Pada dasarnya, dia menjelaskan, gempa sama sekali tidak akan membuat korban jiwa.
"Yang membuat orang meninggal itu bangunan runtuh akibat gempa," katanya menambahkan.
(ANT/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010