Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar Spot antarbank Jakarta, Senin pagi menguat mendekati Rp8.900 per dolar, akibat membaiknya ekspor Indonesia dan naiknya produk domestik Bruto (PDB).

Kedua faktor, klaim sejumlah pengamat, membuat pelaku pasar optimistis melihat pertumbuhan ekonomi nasional sehingga mereka spontan mengkonversi modalnya ke rupiah.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar beranjak naik 13 poin menjadi Rp8.922-Rp8.932 per dolar dari posisi penutupan akhir pekan lalu di Rp8.935-Rp8.945 per dolar AS.

Sementara Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta mengatakan, rupiah makin mendekati level Rp8.900 per dolar mengikuti pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus menguat menuju ke level 3.100 poin.

"Kami optimis rupiah akan dapat mencapai Rp8.900 per dolar pada pekan ini, karena terus didukung faktor positif," katanya.

Menurut dia, pelaku pasar khususnya asing makin optimis bahwa ekonomi nasional akan dapat tumbuh lebih besar sebagaimana yang diperkirakan sebelumnya, akibat terus meningkatnya ekspor Indonesia.

Peningkatan ekspor Indonesia, karena harga komoditas di pasar ekspor menguat akibat meningkatnya kebutuhan pasar, pandangnya.

Dia menyebut kenaikan rupiah di atas 10 poin pada sesi pagi ini adalah yang paling tinggi sejak dua bulan lalu, karena selama itu pergerakan rupiah selalu dalam kisaran sempit.

Pasar yang positif diperkirakan masih berlanjut yang membawa rupiah terus menuju ke level Rp8.900 per dolar, katanya.

Kostaman mengatakan, suku bunga acuan (BI Rate) yang selama 13 kali masih bertahan di level 6,5 persen merupakan faktor utama yang mendorong permintaan kredit tetap tinggi.

Kondisi ini membuktikan ekonomi Indonesia makin tumbuh yang diharapkan dapat memicu pergerakan sektor riil sehingga ekonomi akan makin tumbuh menyusul makin tingginya pendapatan masyarakat akibat terbukanya lapangan kerja.

Menurut dia, kondisi akan memicu rupiah terus membaik yang diperkirakan akan dapat mencapai Rp8.900 per dolar dalam waktu tidak lama lagi.

Namun tren apresiasi ini mungkin bakal terhambat Bank Indonesia (BI) yang mengingingkan kenaikan rupiah tidak terlalu cepat, demikian Kostaman. (*)

H-CS/S004/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010