Baghdad (ANTARA News/Reuters) - Bom-bom mobil meledak di kota Ramadi dan Falluja di barat ibukota Irak, Ahad, menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai puluhan orang yang lain, kata sumber polisi.

Ledakan-ledakan itu menyusul tiga ledakan di sebuah pasar yang sibuk di bagian tengah pusat minyak Basra di Irak selatan Jumat malam yang menewaskan sedikitnya 43 orang dan melukai 185 orang.

Irak yang kaya minyak masih dalam keterlantaran politik sejak pemilihan 7 Maret yang tak meyakinkan, sementara kelompok-kelompok politik Syiah, Sunni dan Kurdi berusaha untuk menyaring pemerintah koalisi.

Para politisi dan pejabat keamanan mengatakan gerilyawan tampaknya akan berupaya untuk mengambil keuntungan dari kekosongan kekuasaan itu.

Bom di Ramadi, menurut sumber polisi, meledak dekat sebuah restoran di tempat yang sibuk di jalan utama kota itu, menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai 21 orang lain.

Dua bom mobil lainnya meledak di Falluja, sekitar 50Km di barat Baghdad.

Polisi mengatakan sebuah bom ditinggalkan oleh orang-orang bersenjata yang merampok seorang pedagang valuta asing 85.000 dolar di rumahnya. Bom itu menewaskan satu orang dan melukai empat orang lainnya, kata sumber rumah sakit.

Bom lainnya meledak dekat satu patroli polisi. Satu sumber polisi mengatakan ledakan itu menewaskan dua orang dan melukai 11 orang lain, sementara sumber rumah sakit mengatakan 10 orang terluka.

Sebelumnya, ledakan di sebuah pasar yang sibuk di Basra di Irak selatan menewaskan 43 orang dan melukai 185 orang, kata Riyadh Abdulameer, kepala bagian kesehatan Basra.

"Ada tiga ledakan teroris, salah satunya adalah ledakan bom mobil," kata Ali al-Maliki, ketua komisi keamanan di dewan Basra. Satu sumber keamanan menuturkan, salah satu ledakan adalah ledakan bom yang ditempatkan di bawah sebuah generator besar yang memasok listrik ke banyak toko di pasar itu.

Hampir 400 warga sipil tewas dalam pemboman dan serangan lainnya di Irak pada Juli, hampir lipat dua korban Juni, kata pemerintah Irak.

Puluhan ribu orang tewas pada puncak kekerasan sektarian pada 2006/07. (S008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010