"Misalnya dari satu kilogram bahan tanaman obat hanya diperoleh sekitar satu miligram senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan dengan optimal," katanya di Yogyakarta, Minggu.
Ia mengatakan kandungan senyawa aktif berkaitan dengan daya sembuh tanaman tersebut ketika sudah diolah menjadi obat. Semakin tinggi senyawa aktifnya, semakin cepat pula obat tersebut menyembuhkan penyakit.
"Dua hal penting dari pengembangan obat herbal yakni terkait dengan teknologi untuk memperbanyak senyawa aktif dan kerangka dari senyawa aktif sehingga dapat diperoleh dalam jumlah besar," katanya.
Subagus yang juga Wakil Dekan Bidang Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan masalah tersebut dapat disiasati dengan pengembangan bioteknologi untuk
memperbanyak senyawa aktif maupun kerangka senyawa aktif. "Namun masalahnya riset bioteknologi memerlukan biaya yang cukup besar," katanya.
Menurut dia, pengembangan penelitian tentang obat-obatan alami penting dilakukan karena melimpahnya jumlah tanaman obat di Tanah Air. Sebuah penelitian bahkan menyebutkan 80 persen obat berasal dari bahan alam.
"Potensi tanaman obat di Indonesia sangat melimpah, seperti morfin, temulawak, kunyit, buah maja, dan umbi tanaman sarang semut," katanya.
Ia mengatakan obat-obatan alami merupakan solusi bagi ketergantungan Indonesia pada obat-obatan konvensional yang diproduksi negara lain.(*)
(ANT-158/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010