Jember (ANTARA News) - Harta karun keindahan dunia melalui busana akan ditampilkan 600 peserta Jember Fashion Carnaval ke-9 digelar di Kabupaten Jember, Jawa Timur, dengan mengangkat tema utama "World Treasure".
Presiden JFC, Dynan Fariz, di Jember, Minggu, mengatakan, busana yang unik dan spektakuler akan ditampilkan dalam JFC tahun ini karena masing-masing peserta berusaha menampilkan yang terbaik untuk masyarakat.
"Banyak keindahan di dunia yang menjadi sebuah harta karun terpendam yang direfleksikan dalam busana," ujarnya.
Ratusan peserta akan mencoba membuat busana yang kreatif dan unik sesuai dengan sembilan tema yang ditentukan oleh panitia JFC.
Sebanyak 600 peserta yang terdiri atas pelajar, mahasiswa, dan umum memeriahkan acara JFC yang merupakan agenda tahunan yang sudah menjadi kegiatan pemerintah kabupaten (Pemkab) setempat.
"Tahun ini JFC Council meresmikan JFC Kids yang dimeriahkan sebanyak 40 anak-anak dari Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Irsyad," paparnya.
Menurut dia, sebanyak 600 peserta membuat busana sendiri, kemudian menampilkannya di hadapan puluhan ribu penonton di "catwalk" sepanjang 3,6 kilometer, dari alun-alun kota Jember menuju ke Gedung Olahraga (GOR) Kaliwates Jember.
"Yang menjadi beda dengan karnaval mode pada umumnya adalah busana yang digunakan oleh peserta adalah hasil rancangannya sendiri, sehingga peserta berpikir kreatif untuk menciptakan sebuah harta karun melalui busana," ujarnya.
Dalam parade fashion itu, kata dia, ada sembilan defile yang ditampilkan JFC, seperti defile "Dream Sky", Toraja, "Butterfly", Thailand, "Cactus", Kabuki, Mongol, Apocalypse, dan Voyage.
"Masing-masing defile memiliki makna tersendiri, sehingga peserta harus mampu membuat busana yang unik dan kreatif sesuai dengan sembilan defile itu," tuturnya menjelaskan.
Defile "Dream Sky" mencoba membawa penonton untuk bermimpi dan bercita-cita seluas dan setinggi langit, dengan tata warna yang fantastik.
Defile Toraja merupakan salah satu tema untuk mengangkat kebudayaan Indonesia di Sulawesi Selatan karena konsep ritual pemakaman Toraja menjadi inspirasi etnik dan tren fashion dunia.
Defile "Butterfly" merupakan simbol makna kehidupan karena dari kupu-kupu bisa belajar makna kehidupan yang sebenarnya karena proses kehidupan kupu-kupu dari kepompong menjadi kupu-kupu indah melalui tahapan yang sempurna.
Defile Thailand mengingatkan tentang negara yang gemerlap dengan cahaya emas yang sempurna. Pagoda bertebaran dimana-mana menjulang seakan membelah angkasa, itulah keajaiban yang menjadi bagian Thailand, sehingga menjadi salah satu tema defile JFC tahun ini.
Defile "Cactus" merupakan simbol hidup yang bisa bertahan dalam kondisi apapun, dengan pohon yang keras dan penuh duri.
Defile Kabuki merupakan salah satu defile yang mewakili negara Jepang dengan sebuah pertunjukan yang diperagakan seperti boneka diam yang tidak dapat berbicara. Kabuki menjadikan Jepang memiliki sebuah pertunjukan yang membangunkan imajinasi semua orang di dunia.
Defile Mongol menggambarkan peperangan yang dilakukan bangsa Mongol dengan banyaknya korban yang berjatuhan, namun bangsa tersebut bisa meraih kejayaan dan menjadikan Mongol bagian dari sejarah harta karun di dunia.
Defile Apocalypse menggambarkan suku Maya yang dikenal dengan ramalannya, sehingga peninggalan ramalan tersebut dikenang sepanjang masa oleh masyarakat di dunia.
Defile Voyage merupakan defile kesembilan yang menggambarkan sejarah kelautan yang merupakan pembuktian bahwa bumi itu bulat, saat Christoper Colombus berhasil mengarungi lautan luas dalam perjalanan mengelilingi dunia.
"Busana ratusan peserta dalam sembilan defile itu berasal dari kreasi anak muda dari berbagai kabupaten/kota di Indonesia. Ada enam peserta dari Makasar yang menjadi peserta defile Toraja dan ada empat peserta dari Jakarta," katanya.
Acara JFC ke-9 tersebut diabadikan oleh sekitar 600 fotografer dari berbagai media dan pecinta hobby memotret dari lokal, nasional dan internasional. Bahkan sejumlah wisatawan mancanegara terlihat hadir dalam acara tersebut.
Istri mantan Ketua DPR, Krisnina Maharani Akbar Tandjung terlihat asyik menikmati karnaval mode Jember di alun-alun kota setempat.
"Luar biasa busana yang ditampilkan ratusan peserta JFC, saya kagum atas kreasi dan inovasi yang dilakukan oleh JFC. Ini akan membuat Jember menjadi kota terkenal di dunia," katanya.
Menurut Nina Tanjung, kedatangannya ke Jember khusus untuk melihat Festival Gerak Jalan Egrang di Ledokombo dan Jember Fashion Carnaval.
"Saya tidak pernah melihat secara langsung atraksi JFC selama ini, namun hari ini saya melihat kreasi yang unik dari generasi muda di Jember yang membanggakan serta harus ditiru oleh kota lain," ujarnya.(*)
(ANT-070/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010