Bandung, 8 Agustus 2010 (ANTARA) - Terbuka peluang bagi negara-negara Islam untuk menjalin kerjasama dengan pakar vaksin dari negara maju dalam mengembangkan vaksin. Tawaran kerjasama ini dilontarkan oleh sejumlah pakar vaksin yang menjadi pembicara dalam 6th Annual Meeting IDB-SRVP.di Bandung 6-9 Agustus 2010.

Salah satu contoh kerjasama yang dilakukan dalam bentuk pengembangan vaksin New Tuberculosis (TB) oleh Bio Farma. Menurut pakar vaksin Australia, Christopher Parish, kerjasama serupa bisa dilakukan negara-negara anggota IDB.

Dipilihnya vaksin TB dengan pertimbangan karena penyakit tersebut biasanya banyak menjangkiti masyarakat di negara berkembang. "Sebenarnya banyak vaksin baru lain yang dapat dikembangkan, tetapi kerjasama vaksin baru harus tetap sesuai dengan kebutuhan di negara berkembang," papar Parish dari The John Curtin School of Medical Research-Australia, dalam 6th Annual Meeting IDB-SRVP.

Sebagai langkah awal kerjasama dilakukan dengan membuat riset bersama. Selain riset, terbuka kesempatan melakukan kerjasama manufaktur produksi vaksin. Pengembangan untuk memproduksi vaksin New TB ini mendapat dukungan penuh dari WHO.

Christopher Parish sebagai pakar ahli yang diundang dalam 6th Annual Meeting IDB-SRVP tersebut memberikan saran mengenai strategi pengembangan vaksin dengan new platform technology. Konsep pengembangan strategi tersebut diharapkan dapat mengurangi lamanya masa produksi vaksin.

Nantinya dalam memproduksi vaksin baru tidak lagi membutuhkan waktu hingga 10 - 11 tahun. Dari sisi biaya produksi pun menjadi lebih murah.

"Sharing technology dilakukan agar kita aware bahwa kita dapat membuat vaksin yang murah dan berkualitas," tambah Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan Bio Farma, Yenni Siti Haerani.

Dalam forum 6th Annual Meeting IDB-SRVP riset bersama dan kerjasama teknologi dalam pengembangan vaksin baru menjadi fokus pembahasan. Tujuannya agar para negara anggota IDB memiliki satu wawasan mengenai pengembangan teknologi vaksin dan jenis vaksin yang akan muncul di masa yang akan datang.

Pertemuan dengan para ahli pun bertujuan saling berbagi teknologi. Parish menyarankan agar setiap negara anggota IDB-SRVP menggunakan new platform technology untuk bermacam-macam vaksin, salah satunya adalah Antigen Delivery System, yakni cara untuk mengantarkan antigen ke sel dendrit.

Pengembangan vaksin harus dilakukan dengan teknologi yang lebih modern. Menurut peneliti Bio Farma Neni Nurainy penggunaan teknologi modern mempercepat waktu untuk mengembangkan vaksin baru.

"Dari sisi biaya lebih murah," kata Neni yang pernah dinobatkan sebagai salah satu peraih the youngest researcher dalam Young Investigator Award Asia Pacific Association for Study of The Liver (APASL) 2005. Modernisasi teknologi dapat dicapai dengan cara co-development dan joint research.

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2010