"Indonesia mempunyai industri vaksin yang mempunyai keunggulan kompetitif yaitu Bio Farma," kata Zuhal. Selain itu BUMN yang berlokasi di Bandung tersebut didukung dengan keunggulan komparatif serta kultural.
Dari sisi teknologi, Bio Farma telah banyak melakukan inovasi sehingga mampu memproduksi berbagai jenis vaksin yang dibutuhkan oleh masyarakat dunia. Inovasi teknologi ini menjadikan Indonesia selangkah lebih unggul dibandingkan negara-negara Islam anggota IDB dalam hal industri vaksin.
Keunggulan yang dipunyai Indonesia dengan Bio Farma-nya dapat menjadi nilai lebih untuk ditularkan kepada negara-negara Islam yang menjadi anggota IDB. Menurut Zuhal sudah saatnya negara Islam mulai mengembangkan industri vaksin sendiri.
"Negara Islam mempunyai kekayaan hayati yang dapat dikembangkan sebagai sumber produksi vaksin," tandas Zuhal. Melalui kemampuan untuk memproduksi vaksin, berarti negara-negara Islam anggota IDB dapat memenuhi kebutuhan vaksin sendiri.
Sementara itu Pelaksanaan 6th IDB-SRVP Annual Meeting memasuki hari kedua, Sabtu (7/8). Pada hari kedua ini dilakukan pembahasan mengenai agenda program IDB ke depan.
Dalam pertemuan yang dipimpin oleh Direktur Utama PT Bio Farma, Drs Iskandar Apt MM, ini tercetus sejumlah rencana untuk merealisasikan kemandirian vaksin di kalangan negara Islam anggota IDB. Ketua Delegasi IDB, Mohammed Ali Toure mengatakan perlu kerja sama antar negara Islam dalam pengembangan industri vaksin.
"Kerja sama bisa melalui pelatihan SDM maupun sharing technology," kata Toure. Bentuk kerja sama dapat digagas oleh negara-negara anggota IDB dalam pertemuan tahunan di Bandung ini.
Formula kerja sama dapat diputuskan setelah masing-masing negara melakukan diskusi untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi. Apabila ada masalah yang terkait finansial, IDB siap membantu.
Untuk menuju kemandirian vaksin ini negara Islam anggota IDB perlu melakukan riset. Pemenuhan kebutuhan riset ini harus didukung dengan laboratorium yang memadai.
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2010