Surabaya (ANTARA News) - Persebaya Surabaya menilai PT Liga Indonesia dan pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sangat keterlaluan, karena tidak pernah tegas menjalankan aturan yang telah dibuatnya.

Ketua Harian Persebaya Cholid Goromah, Jumat, mengatakan untuk kedua kalinya timnya dirugikan oleh keputusan PT Liga Indonesia yang kembali menunda laga ulang melawan Persik Kediri.

"Seharusnya Persebaya sudah mendapat kemenangan WO dan berangkat ke Semarang untuk menjalani play off. Ini skenario apa lagi yang dijalankan PSSI," katanya sengit.

Cholid menegaskan kegagalan tuan rumah Persik menggelar pertandingan ulang hingga dua kali, sudah cukup membuktikan kalau tim berjuluk "Macan Putih" itu tidak sanggup menggelar pertandingan.

"Kami sudah capek dan bosan dengan permainan PSSI seperti ini. Mohon pemerintah, bapak Presiden, menpora, atau siapa saja, untuk turun tangan. Ini benar-benar sudah tidak sehat dan keterlaluan. PSSI jahat sekali," ujarnya.

Ia menambahkan pemindahan pertandingan ulang ke Stadion Jaka Baring Palembang juga sangat memberatkan kedua tim, terutama dari segi keuangan.

"Sampai saat ini kami belum menerima pemberitahuan soal pemindahan lokasi pertandingan itu. Kami tetap menganggap Persik tidak dapat menggelar pertandingan dan Persebaya lolos ke play off," tambah Cholid.

Manajer Persebaya I Gede Widiade mengatakan keputusan PT Liga Indonesia sangat tidak adil dan sewenang-wenang.

"Ini tidak boleh dibiarkan, karena sangat merugikan Persebaya. Saya akan rapatkan dengan Ketua Umum Persebaya soal keputusan PT Liga itu," ujarnya.

Keputusan PT Liga Indonesia menjadwal ulang laga Persik melawan Persebaya dan memindahkan ke Palembang, sangat bertolak belakang dengan pernyataan Joko Driyono sehari sebelum laga itu gagal digelar.

CEO PT Liga Indonesia itu menegaskan jika tuan rumah Persik tidak bisa menggelar pertandingan sesuai jadwal yang ditetapkan untuk laga ulang, akan diterapkan aturan manual liga yakni tuan rumah dinyatakan kalah 0-3.(*)

ANT/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010