Surabaya (ANTARA News) - Potensi kasus kebocoran elpiji tabung 3 kilogram diyakini meningkat signifikan pada 2011 seiring semakin bertambahnya usia tabung yang digunakan masyarakat sejak 2007.
"Semakin tua usia tabung elpiji 3 kilogram wajib diimbangi dengan peningkatan upaya pemeliharaan tabung dan perangkatnya," kata Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik/Puskepi, Sofyano Zakaria, di Surabaya, Jumat.
Menurut dia, pada 2011 seluruh perangkat elpiji yang dikonversi sejak 2007 menjadi kian rentan terhadap kebocoran baik tabung maupun selangnya.
Apalagi, studi Komite Audit Teknologi BPPT menyatakan setiap terdapat lubang sebesar 0,5 milimeter di perangkat elpiji maka rawan terjadi ledakan jika terkena percikan api.
"Lubang berdiameter 0,5 milimeter di titik koneksi antarkatup dan selang yang dibiarkan selama 1 jam, dapat mengeluarkan gas hingga 2,5 kilogram. Kalau selang berlubang 0,5 milimeter potensi pengeluaran gas hanya 10 gram/jam sedangkan lubang sebesar 0,5 milimeter di tabung menghasilkan 2,5 kg gas/jam," ujarnya.
Ia menyarankan, untuk menekan angka kasus kebocoran elpiji khususnya untuk tabung berukuran 3 kilogram, tata niaga gas diperbaiki seperti pemakaian ulang kartu hijau.
Awalnya, kartu hijau tersebut digunakan penerima program konversi minyak tanah ke elpiji bertabung 3 kilogram untuk mendapatkan komoditas tersebut.
Terkait banyaknya kasus kebocoran elpiji di wilayah Pertamina Region IV meliputi Jawa Timur, Madura, dan Bali, ia menyebutkan, sejak tahun 2008 - Agustus 2010 menunjukkan grafik yang meningkat.
Pada tahun 2008 ada 12 kasus, 2009 naik menjadi 21 kasus, dan sejak awal tahun 2010 sampai awal Agustus ini tercatat 34 kasus.(*)
ANT/I007/AR09
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010