Tokyo (ANTARA) - Delapan belas orang telah meninggal karena penyakit pernapasan COVID-19 di luar rumah sakit di Prefektur Osaka Jepang, kata para pejabat, di tengah seruan untuk pembatasan yang lebih ketat pada pergerakan untuk menghentikan gelombang keempat infeksi menjelang Olimpiade.

Semua kecuali satu kematian terjadi sejak 1 Maret karena jenis virus yang sangat menular menyebabkan lonjakan kasus baru, prefektur melaporkan pada Senin (10/5) malam untuk pertama kalinya.

Sebagian besar berusia 60 tahun atau lebih, tetapi satu kematian terjadi di usia 30-an.

Baca juga: Jepang dikabarkan akan setujui vaksin COVID-19 Moderna
Baca juga: Jepang akan tes COVID-19 untuk semua atlet Olimpiade setiap hari

Jepang pada Jumat (7/5) memperpanjang keadaan darurat bagi sebagian besar negara untuk mencoba menahan gelombang keempat pandemi, dengan dimulainya Olimpiade Tokyo kurang lebih dua bulan lagi.

Deklarasi tersebut mencakup prefektur Tokyo, Osaka, Kyoto dan Hyogo, mencakup hampir seperempat populasi Jepang, dan akan berlangsung hingga 31 Mei.

Beberapa gubernur prefektur menyerukan agar tindakan darurat yang lebih kuat diberlakukan secara nasional pada pertemuan secara daring pada Senin, kantor berita Kyodo melaporkan.

Wilayah barat Osaka sangat terpukul, menjadi pusat infeksi dari varian yang pertama kali diidentifikasi di Inggris yang lebih menular dan menyebabkan kondisi yang lebih serius.

Lebih dari 96 persen tempat tidur rumah sakit perawatan kritis Prefektur Osaka sekarang ditempati.

Di salah satu panti jompo di Osaka, 61 warga terinfeksi dan 14 meninggal saat menunggu untuk dirawat di rumah sakit, lapor penyiar publik NHK pada Jumat.

Prefektur Osaka memiliki 668 kasus baru pada Senin sementara Tokyo memiliki 573 kasus.

Sumber : Reuters

Baca juga: Kampanye anti-Olimpiade mendapat dukungan secara daring di Jepang
Baca juga: Pemerintah Jepang berupaya perpanjang status darurat hingga 31 Mei

Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021