Washington (ANTARA News) - Empat-belas warga AS ditangkap karena berusaha bergabung dengan atau membantu kelompok gerilya garis keras Somalia Al-Shabaab, kata media, Kamis, mengutip aparat penegak hukum.

NBC News melaporkan, orang-orang yang ditangkap itu mencakup sedikitnya satu orang yang berusaha meninggalkan AS menuju Somalia untuk bergabung dengan kelompok yang terkait dengan Al-Qaeda itu.

Fox News mengatakan, beberapa dari individu itu dituduh memberikan bantuan materi kepada sebuah kelompok teroris, dan mereka berusaha menggalang dana dengan menggunakan yayasan amal palsu.

Konferensi pers digelar oleh Kementerian Kehakiman pada Kamis malam waktu setempat.

Al-Shabaab, kelompok muslim garis keras yang menguasai sebagian besar wilayah tengah dan barat Somalia, mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 76 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.

Serangan-serangan bom pada 11 Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di Afrika Selatan.

Pemimpin Al-Shabaab telah memperingatkan dalam pesan terekam pada Juli bahwa Uganda akan menghadapi pembalasan karena peranannya dalam membantu pemerintah sementara Somalia yang didukung Barat.

Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan keras di negara Tanduk Afrika tersebut.

Pasukan Uni Afrika mendukung pemerintah Somalia dalam perang melawan gerilyawan garis keras itu.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Ke-14 orang yang ditangkap itu mencakup 12 orang dari Minnesota, satu orang dari Alabama dan satu lagi dari California, kata NBC.

Menurut Fox, jaksa menuduh para tersangka mencari dana dari rumah ke rumah di kalangan masyarakat keturunan Somalia di Minnesota dan memberi tahu mereka bahwa sumbangan itu diperlukan bagi warga "yang miskin dan sangat membutuhkan" namun uang itu disalurkan kepada Al-Shabaab, yang disebut sebagai organisasi teroris asing oleh AS.

Upaya serupa dilakukan di daerah-daerah lain AS, kata beberapa pejabat.

Berita mengenai penangkpaan ke-14 orang itu tersiar sehari setelah pengumuman mengenai penangkapan seorang warga AS beberapa jam sebelum ia pergi ke Somalia, diduga untuk bergabung dengan Al-Shabaab.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya, Hezb al-Islam, berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.

Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.

Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh Al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.

Gerilyawan muslim garis keras, yang meluncurkan ofensif sejak 7 Mei 2009 untuk menggulingkan pemerintah sementara dukungan PBB yang dipimpin oleh tokoh moderat Sharif Ahmed, meningkatkan serangan-serangan mereka.

Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari sejak itu, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.

Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu, demikian dilaporkan AFP.

(M014/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010