Jakarta (ANTARA News) - Pakar jamu Martha Tilaar meluncurkan buku yang mengupas tuntas tentang jamu berkaitan dengan keanekaragaman hayati , kehebatan jamu tanaman obat, budidaya dan penelitian, konsep kecantikan dan kesehatan hingga berbagai contoh produk jamu.
"Di sini saya kemukakan 59 jenis tanaman yang umum digunakan dalam kecantikan dan kesehatan," kata Martha Tilaar yang juga CEO Martha Tilaar Group pada peluncuran bukunya berjudul "The Green Science of Jamu: Pendekatan Pragmatik untuk Kecantikan dan Kesehatan" di Jakarta, Kamis.
Hal tersebut, lanjut Martha yang menulis buku tersebut dibantu Wong Lip Wih dan Anna Setiadi Ranti, merupakan langkah awal, karena bangsa Indonesia masih memiliki 30 ribu spesies flora yang dapat diteliti sebagai jamu kecantikan dan kesehatan.
Buku yang diterbitkan oleh Dian Rakyat tersebut, ujarnya, merupakan lanjutan dari buku terdahulu "Healthy Lifestyle with Jamu: Sehat dan Cantik Alami sesuai Siklus Kehidupan".
Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata yang diwakili Staf Ahli bidang Kesehatan dan Obat KRT Amin Subandrio menyatakan pengembangan jamu jangan hanya berdasarkan warisan nenek moyang saja, tetapi perlu dikembangkan dengan penelitian.
"Hal itu mutlak diperlukan guna menjadikan jamu untuk menjawab kemajuan ilmu kedokteran dan tantangan zaman," katanya.
Berdasarkan data Kadin, industri jamu Indonesia selalu berada di 10 besar pengekspor herbal dunia sejak 1975, dimana pada 2009 nilai ekspor jamu Indonesia mencapai 200 juta dolar AS.
Sayangnya meskipun Indonesia merupakan negara kedua terbesar dalam keanekaragaman hayati di dunia, di Asia, pasar jamu masih didominasi China yang menguasai 62 persen, sementara ceruk pasar Indonesia di Asia hanya tiga persen.
Selain itu, meskipun Indonesia kaya tanaman herbal, kebutuhan bahan baku jamu hanya mencapai 820 juta dolar AS, masih kalah dibanding negeri tetangga Malaysia yang mencapai 1,5 miliar dolar AS.
"Sangat memungkinkan keadaan tersebut disebabkan kurangnya penelitian dan pengembangan hasil tanaman herbal untuk diolah menjadi jamu dan obat-obatan," katanya.
(D009/A011)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010