Nilai tukar rupiah terhadap dolar turun tipis satu poin menjadi Rp8.943-Rp8.953 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp8.942-Rp8.952.
Direktur Currenc Management Group, Farial Anwar, di Jakarta, mengatakan, pelaku pasar mengurangi kegiatan aksi lepas terhadap rupiah setelah saham-saham di Amerika Serikat membaik yang memicu pasar regional menguat.
Saham-saham di Amerika Serikat membaik, akibat keluarnya data tenaga kerja AS yang membaik diluar perkiraan sebelumnya, katanya.
Menurut dia, berkurangnya aksi lepas rupiah belum mendorong mata uang Indonesia menguat, karena pelaku pasar masih hati-hati untuk membeli rupiah.
Pelaku pasar masih khawatir dengan isu redenominasi rupiah dan tingkat inflasi 2010 yang makin tinggi, ucapnya.
Pelaku pasar, lanjut dia, membeli dolar, karena mata uang asing di pasar regional membaik terhadap euro dan yen, namun aksi beli terhadap dolar berkurang, setelah BI pertahankan suku bunga acuan (BI Rate).
BI Rate masih bertahan di level 6,5 persen, meski laju inflasi Juli 2010 meningkat mencapai 1,57 persen, ucapnya.
BI, menurut Farial Anwar masih mempertahankan bunga BI Rate dalam upaya menjaga rupiah tetap likuid, karena suku bunga dolar dengan rupiah masih berbeda jauh mencapai 6,25 persen.
Hal ini merupakan salah satu faktor bagi investor asing untuk tetap bermain di pasar domestik, ucapnya.
Menurut dia, suku bunga tinggi, inflasi yang terus meningkat, menunjukkan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri terus tumbuh.
"Kami optimis ekonomi nasional akan tumbuh diatas enam persen sebagaimana Bank Dunia katakan, kalau ekonomi Indonesia tumbuh 5,7 persen, maka pertumbuhan sebenarnya masih melambat," katanya.
(T.H-CS/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010