Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia ) dalam Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Rabu, menetapkan suku bunga BI (BI rate) tetap di posisi 6,5 persen.

Keputusan tersebut diambil setelah BI melihat perkembangan terkini perekonomian yang secara umum membaik meski tekanan inflasi meningkat.

"Meningkatnya tekanan inflasi akhir-akhir ini menjadi perhatian khusus Dewan Gubernur. Dewan akan menempuh kebijakan moneter dan perbankan yang diperlukan agar perkembangan inflasi ke depan tetap berada pada sasaran yang ditetapkan sebesar 5 persen plus satu untuk 2010 dan 2011," kata Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI Dyah MK Makhijani.

Untuk saat ini, menurut dia, BI memandang suku bunganya sebesar 6,5 persen masih cukup memadai untuk menjaga ekspektasi inflasi ke depan dengan tetap mewaspadai mulai meningkatnya inflasi.

Dalam kaitan ini, dalam waktu dekat BI akan menempuh berbagai langkah untuk memperketat pengendalian likuiditas dengan tanpa berdampak pada terganggunya intermediasi perbankan, khususnya melalui penyesuaian Giro Wajib Minimum (GWM).

BI juga mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi domestik masih dalam tren meningkat dan disertai terjaganya stabilitas sistem keuangan. Begitu pula penilaian terhadap perkembangan ekonomi selama bulan Juli 2010 memberikan indikasi bahwa ekonomi domestik menunjukkan perbaikan, di tengah masih adanya risiko ketidakpastian global terutama terkait perlambatan ekonomi Cina dan prospek pemulihan ekonomi AS.

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi karena didukung oleh kinerja ekspor dan investasi yang meningkat, serta masih kuatnya konsumsi.

Di sisi penawaran, kinerja sektor perdagangan dan industri diperkirakan masih menunjukkan peningkatan sejalan dengan peningkatan di sisi permintaan.

Selain itu, perbaikan ekonomi global yang terus berlanjut secara umum berdampak positif terhadap neraca pembayaran Indonesia, yang diperkirakan masih mencatat surplus baik di sisi neraca perdagangan maupun neraca modal dan finansial.

Dyah menambahkan, surplus pada neraca perdagangan diperkirakan sedikit lebih rendah dari perkiraan akibat impor yang meningkat cukup tinggi sejalan dengan perbaikan ekonomi domestik.

Sedangkan surplus pada neraca transaksi modal dan finansial ditopang oleh meningkatnya aliran modal yang didukung oleh persepsi positif investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, cadangan devisa pada 30 Juli 2010 mencapai 78,8 miliar dolar AS atau setara dengan 6,03 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Hal ini mendorong nilai tukar rupiah selama Juli 2010 bergerak relatif stabil dengan kecenderungan menguat.
(T.D012/A027/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010