Washington (ANTARA News/AFP) - Gedung Putih menampik pandangan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari bahwa pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan "kalah perang".
Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan, Presiden Barack Obama --yang sebelumnya menilai ada kemajuan di Afghanistan, menampik penilaian pemimpin Pakistan itu.
"Saya tak merasa Presiden (Obama) setuju dengan kesimpulan Presiden Asif Ali Zardari soal kalah perang itu," katanya kepada wartawan di Washington DC, Selasa.
Tanggapan Gedung Putih itu muncul setelah muncul wawancara Presiden Asif Ali Zardari dengan Le Monde, Prancis, edisi Selasa.
Dalam wawancara itu, Zardari mengatakan pasukan koalisi kalah perang melawan Taliban.
"Masyarakat internasional di mana Pakistan termasuk di dalamnya kalah perang melawan Taliban. (Kekalahan) ini dikarenakan kami tidak berhasil merebut hati dan pikiran," katanya.
Seorang juru bicara Pentagon menampik penilaian Presiden Zardari. "Kami menangkap momentum Taliban," kata Kolonel Dave Lapan.
Namun terlalu dini mengatakan bahwa ada kecenderungan positif di pihak pasukan koalisi dan Pemerintah Afghanistan, katanya.
Misi perang AS di Afghanistan baru-baru ini sempat diganggu oleh skandal pembocoran 91 ribu dokumen rahasia ke ranah publik.
Presiden Barack Obama sendiri meremehkan dampak kebocoran dokumen perang Afghanistan ke ranah publik itu.
Juli 2010 adalah bulan tragis bagi pasukan AS di Afghanistan karena beberapa insiden menewaskan beberapa tentara negara adidaya itu.
Pekan lalu, setidaknya lima tentara AS tewas dan dua orang lainnya hilang dalam beberapa insiden terpisah.
Dengan kematian lima tentara AS itu, jumlah personil militer asing yang tewas tahun ini sudah mencapai 397 orang. Sepanjang 2009, sebanyak 520 tentara asing tewas dalam tugas.
Sejak invasi AS di Afghanistan pada 2001, jumlah tentara asing yang tewas sudah mencapai 1.965 orang. Sebanyak 1.205 orang di antaranya adalah tentara AS.
Penyebab utama kematian tentara-tentara asing itu adalah bom rakitan IEDS.
Di seluruh Afghanistan, AS dan NATO menempatkan sekitar 150.000 orang tentara.
AS sendiri sudah memutuskan menambah 30.000 tentaranya atas perintah Presiden Barack Obama. Sebagian besar tentara tambahan ini ditempatkan di Kandahar dan Helmand, dua wilayah rawan di Afghanistan.
Dalam aksi perlawanannya, Taliban antara lain mengandalkan serangan bom rakitan yang biasa disebut "IED". (R013/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010