Yogyakarta (ANTARA News) - Beberapa perguruan tinggi swasta (PTS) nonfavorit di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terancam gulung tikar karena kekurangan mahasiswa, kata Koordinator Kopertis Wilayah V Yogyakarta, Prof Budi S. Wignyosukarto.

"Hal itu terjadi karena mahasiswa baru yang melanjutkan kuliah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersedot ke beberapa perguruan tinggi swasta (PTS) favorit," katanya di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, kondisi itu menyebabkan PTS nonfavorit kalah bersaing sehingga kekurangan mahasiswa baru, bahkan ada yang tidak memiliki mahasiswa baru.

"Sebenarnya secara persentase jumlah mahasiswa baru yang mendaftar ke PTS di DIY pada tahun ini meningkat sebesar 10 persen dibandingkan tahun lalu. Namun penyebaran mahasiswa baru hanya pada PTS tertentu dan program studi yang dianggap favorit," katanya.

Ia mengatakan, calon mahasiswa yang datang untuk kuliah di DIY kini mulai jeli mencari kualitas PTS yang baik dan mempertimbangkan program studi yang unggul.

"Kondisi itu menyebabkan PTS nonfavorit sulit untuk menjaring mahasiswa baru dan semakin lama semakin kekurangan mahasiswa," katanya.

Menurut dia, jumlah PTS yang ada di DIY sampai tahun ini tercatat 116 PTS, tetapi hanya 107 PTS yang dianggap aktif. Di antara PTS itu tidak sedikit yang memiliki status kritis dan terancam gulung tikar karena tidak memiliki mahasiswa.

"Jumlah mahasiswa baru yang kuliah di DIY mencapai 36.000 orang. Mereka terdiri atas 40 persen mahasiswa asli DIY, 20 persen mahasiswa asal Jawa Tengah, dan sisanya dari luar Jawa," katanya.

Ia mengatakan, untuk meminimalkan bertambahnya jumlah PTS yang kekurangan mahasiswa, pihaknya mengimbau agar masing-masing PTS bisa berkompetisi sehat dengan mengingkatkan manajemen.

Selain itu, PTS favorit diharapkan bisa mengekang diri dengan tidak hanya asal menerima mahasiswa tanpa memperhatikan timbal balik kualitas pendidikan yang akan diberikan kepada mereka.

"Hal itu penting karena pengelolaan mahasiswa saat ini tidak hanya mengandalkan intelektual, tetapi juga karakter," katanya.
(U.B015/H008/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010