"Kami membatasi jumlah orang karena dikhawatirkan aktivitas penyelaman yang terlalu massal saat mengibarkan bendera akan merusak terumbu karang," kata Bupati Wakatobi Hugua kepada ANTARA News melalui telepon dari Wanci, Ibu Kota Wakatobi, Senin.
Ia menambahkan, "kita tidak ingin terumbu karang di alam bawah laut Wakatobi terganggu karena kegiatan itu. Jadi terpaksa kita harus batasi sekalipun peminatnya sangat banyak."
Selain membatasi jumlah pengibar bendera, kata Hugua, tiang-tiang tempat bendera diikat juga hanya dibolehkan menggunakan bambu ukuran kecil, sehingga saat ditancapkan di dasar laut, tidak menimbulkan bekas lebih besar.
"Pokoknya pengibaran bendera di bawah laut bertepatan dengan hari HUT ke-65 Kemerdekaan dan disiarkan langsung SCTV ini akan dikemas sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu terumbu karang," katanya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Penyelenggara Kegiatan Abdul Manan menjelaskan, pengibaran bendera merah putih memperingati HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus 2010 itu akan dilakukan di tiga tempat dalam waktu yang bersamaan, yakni di laut, di udara dan di darat.
Di udara akan menandai dimulainya acara Kabuenga, tradisi budaya yang akan melibatkan 10.000 peserta. Tradisi tersebut diyakini masyarakat Wakatobi sebagai ajang tempat mencari jodoh.
"Artis Zaskiah Mecca dan Hanung Bramantyo menikah setelah mereka mengikuti acara Kabuenga ini," kata Manan.
Acara di laut akan menandai dimulainya pergelaran budaya tradisional Bangka Mbule-mbule, tradisi masyarakat suku Bajau (Bajo) di Wakatobi melarung sesajen sebagai permohonan kepada penguasa laut agar melimpahkan rejeki dan menjauhkan nelayan dari marabahaya, terutama bahaya badai gelombang laut.
"Peserta di laut juga melibatkan ribuan perahu-perahu nelayan dan kapal-kapal mewah peserta Sail Banda yang akan membentuk formasi angka 65, sebagai symbol usia RI ke 65," katanya.
Menurut Manan, pengibaran bendera di tiga tempat dalam waktu bersamaan ini diharapkan masuk dalam rekor MURI sebagai kegiatan terbesar di tahun 2010 ini.
(ANT227/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010