"Tak mudah membuat kulit babi guling terasa renyah dan enak, perlu konsentrasi tinggi saat memanggang dengan cara memutar daging babi yang telah ditusuk dengan bambu (guling) babi, jika tidak kulit babi itu akan terbakar, kalau terbakar rasa akan berubah menjadi pahit," kata Ibu Oka ketika ditemui ANTARA, Senin.
Untuk menghindari terbakarnya kulit babi, katanya, pihaknya secara khusus memiliki tenaga professional untuk memanggang (diguling). Selain tenaga handal, tempat pemanggangan api juga mesti diperhatikan, sehingga kematangan kulit dan daging babi pas buat rasa lidah. "Jarak api dengan babi saat memanggang juga menjadi penentu kulit itu enak atau tidak, salah sedikit mengatur jarak kulit babi akan hangus," kata wanita yang sejak tahun 1970-an berdagang nasi babi guling itu.
Ia menambahkan, bumbu Bali juga mempengaruhi rasa kelezatan kulit babi guling, biasanya sebelum dipanggang perut babi dibersihkan dengan air hangat, setelah itu diisi bumbu tradisional Bali "Base Genep," serta dicampur dengan sayur daun singkong. "Ketika daging babi matang, bumbu dan sayur itulah yang nantinya mendampingi kulit babi maupun daging babi ketika di makan," ujarnya.
Biasanya, kulit babi guling itu disajikan dengan nasi, suiran daging babi, sambal base genep ( bumbu lengkap), serta sayur singkong yang dimatangkan di dalam perut babi saat dipanggang. "Campuran ramuan ini yang memberi rasa enak dan lezat ketika dinikmati pengunjung," jelasnya.
Kelezatan ramuan kulit babi guling, Ibu Oka ini dibuktikan dengan banyaknya pengunjung yang datang mencicipi warung yang kerap disebut "Warung Babi Guling Oka" yang terletak di depan Puri Agung, Ubud, Gianyar, Bali. "Kalau hari biasa sekitar 500 pengunjung menikmati menu babi guling, sedangkan hari libur pengunjung mencapai seribu lebih," katanya.
Umumnya, jelas Ibu Oka, wisatawan Jepang paling suka dengan ramuan makanan khas Bali, babi guling ini. "Warga Jepang paling banyak menikmati masakan nasi babi guling yang kami buat, selain Jepang wisatawan lainnya seperti Australia, Amerika juga doyan makan makanan khas masyarakat Bali itu," katanya.
Dari banyaknya kunjungan untuk mencicipi nasi babi guling yang dirinya racik, sambung Ibu Oka lebih dominan warga asing ketimbang warga lokal Bali. "Kunjungan itu didominasi oleh wisatawan asing, dan tak ketinggalan banyak wisatawan domestik tak melewatkan kelezatan masakan tradisional Bali ini," ujarnya.
Ia menambahkan semakin banyak pengunjung, semakin banyak babi yang dipotongnya, jika kunjungan mencapai 400 orang, biasanya menghabiskan babi lima ekor. Kalau kunjungan mencapai angka seribu, pihaknya memotong babi sebanyak sepuluh ekor. "Pernah kami menghabiskan 25 ekor babi setiap hari, kala itu pengunjung mencapai angka lima ribuan," ucapnya sembari menyebutkan kalau saat ini, Warung Nasi Babi Guling Ibu Oka telah membuka cabang baru di sebelah Selatan Rudana Museum, Mas, Ubud.
Ia menjelaskan setiap harinya warung itu dibuka pukul 11.00 Wita- 21.00 Wita, selain menu yang dinikmati di warung, pengunjung juga bisa membungkusnya. "Kalau nasi babi guling di bungkus harganya standar Rp20 ribu, jika makan di tempat harga mencapai Rp5.000 plus minuman penyegar tenggorokan," kata wanita berumur 50 tahun lebih ini. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010