Acara bertajuk "Amazing South Sulawesi: the Traditional Wedding Ceremony" itu berhasil memikat lebih dari 400 undangan yang memenuhi Grand Ballroom di Chatrium Hotel, Yangon, Myanmar.
Sekretaris Tiga KBRI Yangon, Djumara Supriyadi dalam keterangan persnya yang diterima Antara, Senin menyebutkan KBRI ingin menyajikan suatu hal yang berbeda.
Dikatakannya kegiatan tersebut merupakan salah satu pendekatan komprehensif KBRI Yangon dalam menjalankan misi diplomasinya di Myanmar yang tidak hanya terfokus di bidang politik tetapi juga bidang lainnya termasuk sosial budaya.
Duta Besar RI Sebastianus Sumarsono mengatakan seni budaya merupakan suatu entry point kerja sama yang paling mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat di suatu negara, oleh karenanya bidang tersebut menjadi salah satu prioritas bidang yang selalu dikedepankan, ujarnya menyelaskan latar belakang penyelenggaraan acara tersebut.
Salah satu seni budaya yang dikembangkan KBRI Yangon adalah menampilkan kebudayaan berupa upacara adat pengantin, setelah sukses mengadakan pergelaran yang sama tahun lalu dengan menampilkan "Pengantin Sunda" tahun ini KBRI Yangon menampilkan kemeriahan dan keceriaan seni budaya "Pengantin Makassar".
Seni budaya pengantin di Indonesia yang beraneka ragam serta penuh dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa adalah salah satu pertimbangan utama untuk menjadikan pergelaran pengantinan sebagai suatu agenda seni budaya pada KBRI Yangon.
"Dalam dua tahun ini telah ada dua pengantin yang kita nikahkan, tahun depan mungkin pengantin Batak, jadi harapan kita adalah satu pasang setiap tahunnya," canda Dubes Sumarsono menjelaskan mengenai diplomasi "pengantin" yang dijalankannya.
Menjalin kerjasama dengan salah satu tokoh asal Sulawesi Selatan yaitu Ibu Andi Erna Witoelar, yang turut serta membawa anggota tim kesenian dari Indonesia sebanyak 22 orang, pergelaran atau prosesi seni budaya pengantin Makassar tersebut dapat dilakukan secara lengkap.
Dimulai dari tari Marellau Pamase Dewata, Prosesi Simorong, tari Sere Lolosu, prosesi Riampori Benno - ripassesu ri?menrawe - ri tettongeng awo ulaweng, tari pakarena, prosesi mapalettu nikah ? mappasikarawa - jai kamma ? marellau a?dampeng, hinga tari Bosara dan tari Balenteng Tomenpare.
"Kita berupaya untuk menampilkan seluruh prosesi acara layaknya prosesi pengantin sebenarnya, agar terlihat jelas keluhuran nilai dan budaya kita," ujar pimpinan produksi Ny Andi Tenrisau Sapada.
KBRI Yangon melibatkan hampir seluruh sumber daya yang ada dimulai dari personil di jajaran KBRI Yangon serta guru dan siswa-siswi Indonesia International School Yangon (IISY) serta Ibu-ibu Darma Wanita Persatuan (DWP), guna mensuksesan kelengkapan prosesi pengantin.
Tercatat sekitar 100 orang terlibat dalam pergelaran seni budaya pengantin Makassar tersebut. "Hampir seluruh staf mendapatkan peran dalam prosesi ini, dari mulai menjadi orang tua mempelai sampai dengan pemain musik," ujar Dubes Sumarsono.
Pergelaran seni budaya upacara adat pengantin Makassar yang lengkap serta didukung jajaran KBRI Yangon dan Tim Kesenian dari Jakarta, diplomasi "pengantin" tersebut berjalan lancar dan memukau seluruh undangan yang hadir. "Amazing South Sulawesi, Amazing Indonesia," decak para penonton. (ZG/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010