Tabarka, Tunisia (ANTARA News) - Saung Angklung Udjo dan orkestra bambu arumba dari kota Bandung, Jawa Barat, pimpinan Taufik Hidayat Udjo tampil memukau di hadapan sekitar 700 penonton yang memadai La Basilique de Tabarka, di kota Tabarka, Propinsi Jendouba, Tunisia.
Pementasan di Tabarka ini termasuk dalam rangkaian perayaan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Tunisia, dan Festival International de Tabarka, itu turut hadir Duta Besar RI untuk Tunisia dan Ny Muhammad Ibnu Said, Sekjen Rassemblement Constitutionnel Democratique (RCD partai pemerintah) dan Mohamed El Garyani, ujar Pejabat Fungsi pensosbud KBRI Tunis, Sugiri Suparwan, kepada koresponden Antara London, Senin.
Dikatakannya, pementasan yang dilakukan kelompok Saung Anglung Udjo di berbagai festival rakyat di berbagai kota Tunisia akan dapat lebih mendekatkan Indonesia secara langsung ke masyarakat Tunisia, dalam konteks people-to-people contact.
Pementasan dibuka dengan musik instrumental membawakan lagu Rintak Rebana karya Dwiki Dharmawan dan dilanjutnya, lagu medley nusantara mulai dari Aceh hingga Papua yang dipandu Lia Laila Sari, instruktur angklung interaktif yang beralih fungsi menjadi penyanyi.
Mengenakan kebaya dengan bawahan bermotif batik segera disambut meriah oleh penonton, Lia Laila Sari, berturut-turut menampilkan lagu-lagu Ya Mustafa, Peuyeum Bandung dan Ya Rayyah.
Penonton dengan antusias ikut menyanyikan Lagu Ya Mustafa dan Ya Rayyah yang memang akrab di telinga mereka. Lagu Ya Mustafa adalah lagu folklor Tunisia tahun 50-60an yang kepopulerannya bahkan sampai ke Indonesia.
Sedangkan lagu Ya Rayyah yang aslinya dinyanyikan oleh penyanyi Aljzair, Rachid Taha, juga sangat terkenal di negara-negara Arab dan Eropa. Lagu ini bahkan menjadi soundtrack film Bollywood, Mann, dengan syair yang dirubah ke dalam Bahasa India.
Diselingi musik instrumental yang tenang bertajuk Spirit of Peace karya Dwiki Dharmawan, penonton digoyang dengan alunan arumba. Mereka yang sebenarnya lebih akrab dengan repertoire jazz di samping mezoued (musik lokal) ternyata dapat dengan gampang berinteraksi dengan musik-musik yang dibawakan.
Dengan semangat mereka ikut berjoget di tribun saat orkestra membawakan lagu Sway, Kopi Dangdut, Sidi Mansour, Habibie Ya Nurul Ain, serta medley Poco-poco/Rindu/Ini Rindu, yang mengakhiri lebih dari satu jam pementasan tersebut.
Tepukan meriah dan standing ovation diberikan oleh semua yang hadir untuk penampilan SAU malam itu.
Direktur Festival International de Tabarka, Jamel Nasri, sangat terkesan dengan penampilan Saung Angklung Udjo dan berharap Indonesia akan kembali berpartisipasi dalam festival tersebut di edisi-edisi mendatang.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan propinsi Jendouba Ahmed Syubbani, yang ikut hadir malam itu sangat kagum akan keapikan para musisi dalam mengaransir ulang lagu-lagu Arab untuk dimainkan dengan orkestra arumba. "Excellent," katanya.
Hanya saja dia menyayangkan waktu tampil yang hanya satu jam. "Penonton malam ini sangat antusias. Arumba adalah hal yang sangat unik bagi kami, dan kami ingin dapat lebih mengenal dan menikmatinya. Pentas satu jam ini terasa sebentar sekali," ungkapnya. Sementara Amel Yahyaoui yang menjadi MC malam itu menyatakan sangat terkesan dengan alat-alat dari bambu tersebut. "Otentique".
Festival International de Tabarka adalah festival tertua di Tunisia, tahun ini memasuki edisi yang ke-48 merupakan event kultural yang cukup bergengsi, karena selalu digabungkan dengan Tabarka Jazz Festival yang sudah punya sudah reputasi mendunia.
Banyak bintang Jazz maupun World yang pernah pentas di festival ini, seperti Michel Jonasz, Yuri Buenaventura dari Buena Vista Social Club, Keziah Jones, Alpha Blondie, Al Di Meola, Joan Baez, Claude Nougaro, Miles Davis, Keith Jarrett, Charlie Mingus, Dizzy Gillespie, Randy Weston, Liz McComb, Gnaoua Jazz Experience, Captain Mercier, dan masih banyak lagi.
Namun, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Tabarka Festival Jazz tahun ini hanya akan menampilkan 4 hari edisi spesial Jazz yang akan dihost oleh Roy Ayers dan Stefano di Batista. Di tahun-tahun sebelumnya, Tabarka Jazz Festival selalu berlangsung selama tak kurang dari 10 hari.
Menurut Olfa Hermi, salah seorang organizer Festival, hal ini mengingat masuknya bulan Ramadhan yang bersamaan dengan regular Jazz season yang selalu jatuh di awal bulan Agustus. Pemusik jazz Indonesia seperti Gilang Ramadhan dan Krakatau Steel juga sebenarnya telah pernah diundang untuk tampil di kota ini, namun belum dapat hadir.
Tabarka adalah kota kecil berpenduduk sekitar 100,000, di kaki pegunungan yang terentang hingga ke pantai Mediterania, terletak di wilayah Barat Laut Tunisia, sekitar 175km dari kota Tunis dan 22km dari perbatasan Aljazair.
Kota yang aslinya bernama Thrabaca ini dahulunya adalah tempat settlement bangsa Punic (Phoenician) beberapa ratus tahun yang lalu.
Di kota ini terdapat sebuah kastel bergaya Genoa, Italia, peninggalan abad ke16 yang terletak di tempat yang lebih dikenal dengan sebutan l?ile de Tabarka (Pulau Tabarka) yang di sekitarnya terbentang pantai-pantai pasir putih dan dengan jejeran hotel-hotel berbitang empat dan lima.
Tidak seperti kebanyakan Tunisia lainnya, di sini mercury sangat jarang melewati batas 30 derajat celsius. Disamping jazz, setiap tahunnya antara Juli-September, Tabarka juga menjadi ajang festival musik genre lainnya seperti Latin, Rai and World.
Sore harinya, KBRI Tunis juga telah mengadakan cocktail party yang dihadiri oleh sekitar 150 orang pejabat propinsi dan nasional serta pelaku usaha Tunisia. Beberapa tokoh di antaranya Wakil Sekjen RCD dan Walikota Tabarka ikut hadir dalam jamuan tersebut.
Menurut fungsi ekonomi KBRI Tunisia Boy Dharmawan, melalui partisipasi dalam berbagai event populer di Tunisia seperti di musim panas tahun ini, KBRI Tunis menargetkan peningkatan hubungan kedua negara di berbagai bidang, bukan saja di bidang kebudayaan, namun juga kerjasama ekonomi dan peningkatan volume perdagangan antar kedua negara.
Menurutnya, Tunisia memiliki potensi yang cukup baik untuk dimanfaatkan oleh pelaku usaha Indonesia terutama karena Tunisia telah menandatangani FTA dengan Uni Eropa sejak 1 Januari 2008. (ZG/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010