Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Maarif Institute, Abdullah Darraz mengingatkan bahaya penggunaan gawai berlebihan yang mendorong sikap individualisme dan menggerus sikap gotong royong.

Abdullah Darraz di Jakarta, Kamis, menyampaikan hal itu saat mengisi acara ngabuburit Bersama Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan (PDIP).

“Dengan adanya gadget (gawai) menjadi pengaruh buat kita sehingga terbiasa dengan egoisme dan individualis, sehingga cenderung terlalu sibuk sendiri, memikirkan diri sendiri daripada memikirkan orang lain maupun bangsa Indonesia ini,” kata Abdullah Darraz.

Dia mengajak umat Muslim Indonesia untuk berefleksi di bulan Ramadhan ini menyangkut penggunaan gawai yang berlebihan. Sebab kondisi itu mendorong sikap individualisme, menggerus sikap gotong royong yang menjadi dasar utama hidup orang Indonesia sejak dahulu kala.

Baca juga: Tatkala gotong-royong jadi kekuatan utama menghadapi bencana

Darraz mengingatkan jika melihat pada dakwah Walisongo, salah satu ajaran yang diperkenalkan dan ditularkan pada masyarakat nusantara adalah semangat gotong royong. Sikap ini sudah menjadi bagian dari jiwa masyarakat Indonesia.

Sementara kata dia di masa kini, dengan adanya kemajuan teknologi, justru membuat semangat kebersamaan atau gotong royong di setiap masyarakat menjadi tergerus.

Menurut Darraz, pengaruh gawai kemudian memicu lahirnya sikap egoisme, sehingga cenderung terlalu memikirkan diri sendiri daripada memikirkan orang lain maupun bangsa.

Padahal, lanjutnya semangat bergotongroyonglah yang dapat menumbuhkan rasa empati, peduli lingkungan sekitar dan perhatian. Semangat itu juga menjadikan pikiran kritis dan tanggap terhadap lingkungan sosial.

“Justru kan, gotong royong itu meniscayakan kita punya rasa empati dan peduli, mempunyai perhatian terhadap orang lain, ketika orang lain sedang mengalami kebutuhan tertentu, ya kita semua harus melakukan kepedulian itu,” katanya.

Baginya, sikap peduli dan gotong royong yang terkikis akan berdampak bahaya. Lunturnya sikap itu akan menimbulkan masalah baru seperti disintegritas dalam kehidupan masyarakat.

Darraz menilai lebih jauhnya bisa membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara apabila sudah pada tahap itu.

"Kalau hal seperti ini sampai terjadi, akan memicu disintegrasi dan kerekatan sosial kebangsaan kita semakin terkoyak, kalau kita terbiasa meninggalkan semangat yang biasa dulu kita jalani, terutama anak muda,” kata Darraz.

Darraz menilai perlu adanya perhatian khusus akan pentingnya semangat gotong royong, sehingga kembali tumbuh kesadaran, terutama di kalangan anak muda saat ini.

Dia mendorong adanya pelopor yang menarasikan dan menyebarkan semangat gotong royong, terutama menyebarkan melalui sosial media.

"Kita semua harus prihatin dan berpikir bagaimana kita bangkitkan lagi semangat gotong royong. Ada hal positif dari sosial media dan kita harus membangun narasi-narasi ini dan menyebarkannya di seluruh media sosial. Kita harus memperkaya narasi melalui gawai yang selama ini dipakai,” ujarnya.

Baca juga: Maarif Award 2020 anugerahi Ahong jadi ustadz milenial moderat

Baca juga: Maarif Institute: Vaksin solusi utama terbebas dari COVID-19

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021