"Ini bukan hanya solusi tepat, tapi ini merupakan pilihan sadar untuk menindaklanjuti konsep Bung Karno yang pernah mulai mengembangkan Kota Palangkaraya sebagai ibukota negara lebih tiga dasawarsa silam," katanya dari Lhokseumawe, Aceh Utara, Sabtu.
Viktus Murin menambahkan, pemindahan ibukota bukan hanya karena makin padatnnya lalulintas dan sangat tingginya arus urbanisasi.
"Sekali lagi, ini merupakan pilihan sadar untuk semakin memartabatkan. Sebuah ibukota negara yang nantinya mendorong upaya memartabatkan seluruh wilayah," katanya.
Viktus Murin mendesak pemerintah segera merespons wacana pemindahan ibukota negara ini lewat aksi nyata dan penuh percaya diri. (*)
M036/S025/AR09
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010
Kota Bau-Bau adalah daerah yang siap menerima perubahan sosial yang cepat serta aman dari berbagai konflik vertikal dan horizontal. Karena Kota Bau-Bau menjadikan Al-Qur’an sebagai solusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada, minimal dalam tataran konseptualnya.
Kota Bau-Bau terletak pada jalur yang bukan sirkum sehingga aman dari ancaman gempa dan tsunami, Kota Bau-Bau terletak pada jalur pelayaran Kuno antara Timur Nusantara, Barat Nusantara, Utara Nusantara, dan Selatan Nusantara.
Kota Bau-Bau adalah daerah Kesultanan Buton dan menjadi satu-satunya daerah di Nusantara yang tidak pernah dijajah oleh Belanda, Jepang, Inggris, maupun sesama Kerajaan dan Kesultanan yang ada di Nusantara. Serta bergabungnya ke dalam Negara Republik Indonesia tanpa meminta persyaratan apapun kecuali menerima Kebersamaan Kemerdekaan dalam Bingkai NKRI di bawah pimpinan Soekarno.
Minimal atas dasar itulah sehingga Kota Bau-Bau dapat menjadi Calon Ibu Kota Negara Indonesia, yang sebelumnya masih diperlukan kajian kritis yang panjang mengenai kelayakan dan dampak yang akan muncul jika nantinya akan dijadikan sebagai Ibu Kota Negara Indonesia.
Pemindahan ibukota ke Jonggol justru bisa memperparah polusi dan kemacetan.
Jonggol yang saat ini jadi paru2 Jakarta bisa berubah jadi hutan beton dan pabrik.
Saya dari Blok M-KP Melayu yang cuma 15 km sering menghabiskan waktu 2-3 jam. Padahal harusnya cuma 20 menit saja. Ini boros bensin, waktu, tenaga, dan biaya. Belum lagi kesehatan karena menghisap asap knalpot yang makin banyak.
Silahkan baca:
http://infoindonesia.wordpress.com/2008/02/18/memindahkan-ibukota-dari-jakarta