"Terus terang, PMDK memang bersifat swadana, tapi kami tetap mengutamakan prestasi, bukan biaya," kata Direktur Kemahasiswaan Unair Surabaya Prof Dr Imam Mustofa kepada ANTARA di Surabaya, Sabtu.
Unair terpaksa menolak orang tua calon mahasiswa yang mendaftar PMDK tahun lalu dengan menyanggupi biaya Rp800 juta dan bahkan Rp2 miliar untuk diterima di Fakultas Kedokteran Unair.
"Kami mengutamakan peserta yang masuk ranking sesuai kuota yang ada, misalnya kuotanya 20 orang, maka peserta yang kami terima adalah mereka yang masuk peringkat 1 hingga 20," katanya.
Untuk tahun ini, peserta PMDK Fakultas Kedokteran Unair membayar sumbangan pembangunan minimal Rp150 juta, sedangkan fakultas lain rata-rata hanya Rp50 juta, namun SPP per semester berkisar Rp800 ribu hingga Rp1,25 juta sesuai dengan fakultas.
"Jadi, mereka yang membayar sumbangan pembangunan Rp150 juta akan kami terima bila memang masuk rangking, tapi kalau tidak masuk rangking akan ditolak, meski membayar Rp2 miliar sekalipun," katanya.
Bahkan, anak dari pejabat struktural di Unair pun tetap harus masuk rangking sesuai kuota yang diterima. "Ada anak panitia penerimaan mahasiswa yang juga terpaksa ditolak, karena tidak masuk rangking," katanya.
Ia menambahkan Unair menerima mahasiswa dari jalur SNMPTN 50 persen dan jalur PMDK 50 persen.
"Ada 1.598 peserta SNMPTN yang kami terima, namun peserta yang mendaftar ulang berjumlah 1.437 peserta, sehingga tercatat 161 peserta yang tidak mendaftar ulang dengan berbagai sebab. Kekurangan itu akan kami penuhi lewat jalur PMDK," katanya.(*)
ANT/AR09
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010
jalur umptn aja harus bayar 50 juta...itu untuk apa? dosennya dibayar negara? merampok rakyat? kapan kita dapat sekolah gratis? hanya mimpi...