Jakarta (ANTARA News) - Ketua Harian Komite Nasional untuk UNESCO, Arief Rachman, mengatakan sosok Iwan Tirta sebagai tokoh yang mampu mengangkat derajat batik di kancah dunia internasional tidak tergantikan.
"Iwan Tirta adalah seseorang yang sangat piawai dalam mengkreasikan batik Indonesia, tidak hanya untuk taraf nasional, tapi saya dapat pastikan hingga taraf internasional," kata Arif di rumah duka Jalan Panarukan Nomor 25 Menteng, Jakarta, Sabtu.
Iwan Tirta, menurut Arif, dikenal sebagai desainer motif batik yang khas hingga saat ini. Karyanya termasuk sebagai warisan budaya dunia tak benda seperti yang telah diakui UNESCO beberapa waktu lalu.
"Karena itu, sepeninggalan Iwan Tirta, Indonesia memiliki tugas penting agar bagaimana caranya batik tidak punah," ujar dia.
Untuk itu, lanjut Arief, kepastian adanya undang-undang dan peraturan daerah (perda) tentang batik perlu dipertanyakan. Hal tersebut diperlukan sebagai pengontrol bahwa batik tidak sekadar menjadi komoditas, tetapi juga budaya yang bernilai tinggi yang perlu dilestarikan.
Ia juga berpendapat bahwa harus ada masyarakat batik di Indonesia sehingga batik dapat berkembang dan menjadi lebih bervariasi.
"Biar masyarakat mengembangkan batik-batik tersebut dengan ciri khasnya masing-masing. Kan sudah ada Batik Semar, Batik Iwan Tirta, Batik Danar Hadi, Batik Solo, Batik Pekalongan, dan masih banyak lagi," ujar Arief.
Hal terakhir yang harus dilaksanakan adalah melakukan sosialisasi pada masyarakat. UNESCO menuntut Indonesia sebagai pemilik batik untuk mewajibkan ekstrakulikuler membatik di setiap sekolah.
"Kenapa setiap sekolah harus ada ekstrakurikuler ini? Karena tetangga kita Malaysia punya batik, Singapura punya batik, Afrika Selatan pun punya Batik Mandela sehingga membuat batik lebih memasyarakat juga sangat penting agar tidak punah," katanya.
Batik, menurut Arief, harus menjadi `soft power` bagi Indonesia dalam melakukan kebijakan kultural dalam setiap melakukan diplomasi kultural.
"Yang jelas, Iwan Tirta sosok yang tidak tergantikan. Dia mempunyai warna sendiri, ciri khas sendiri yang tidak ada duanya," tutup Arief.
Iwan Tirta yang memiliki nama asli Nusjirwan Tirtaamidjaja meninggal dunia pada usia 75 tahun, Minggu pagi (31/7) pada pukul 8.40 WIB setelah sempat dirawat selama 10 hari di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Selatan.
Pria kelahiran Blora, Jawa Tengah, itu terkenal sebagai desainer dan pengusaha batik dan menjadi Presiden Direktur PT Ramacraft sejak 1972.
Dari pantauan ANTARA puluhan karangan bunga dari pejabat, rekan usaha, artis, hingga kerabat terpampang di depan rumah duka. Beberapa di antaranya datang dari Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, keluarga besar almarhum mantan Presiden Soeharto, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Danar Hadi.
Mereka yang tampak hadir di rumah duka sejak pagi adalah Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Industri Riset dan Teknologi Rachmat Gobel, Mien Uno, mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Meuthia Hatta.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010