Kupang (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Daerah, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) wilayah Nusa Tenggara Timur Carolus Winfridus Keupung, meminta Gubernur Frans Lebu Raya, agar lebih responsif menyikapi kerusakan ekologi yang berdampak pada kemerosotan kualitas lingkungan.
Akhir-akhir ini Nusa Tenggara Timur menjadi propinsi penyumbang kemerosotan lingkungan yang tinggi di Indonesia, katanya dalam siaran pers di Kupang, Sabtu.
Ia menyebut tumpahan akibat bocornya kilang minyak Montara-Australia yang mengancam biota laut wilayah ini, penambangan (emas, mangan, marmer, biji besi, batu bara) yang hampir terjadi di semua kabupaten di NTT, menjadi contoh dan bukti kemerosostan kualitas lingkungan.
"NTT hanya memikirkan nilai ekonomis dan pemikiran ini belum tentu benar karena banyak kabupaten yang ada tambang di Indonesia justru miskin dan tidak memikirkan keselamatan lingkungan," katanya.
Walhi menilai NTT berpaling dari kesadaran masyarakat dunia tentang pentingnya lingkungan. Pemerintah provinsi NTT seakan tidak menyadari kalau bumi NTT terdiri dari pulau-pulau kecil, yang tidak layak ditambang, katanya.
Dalam situasi seperti ini, masyarakat masih memiliki harapan ketika Gubernur Lebu Raya menerima kedatangan staf ahli Presiden RI berkaitan dengan investigasi perkiraan kerugian akibat pencemaran Laut Timor, dampak ledakan kilang minyak milik perusahaan Australia, Montara.
Harapan yang diinginkan adalah dalam pertemuan itu gubernur pasti menyebutkan nilai kerugian yang diderita, baik berkaitan dengan kerusakan biota laut dan terumbu karang atau kerugian yang diderita para nelayan di Rote, Timor Tengah Selatan, Sabu, Alor yang menyandarkan hidupnya dari berbagai aktivitas di Laut Timor.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010