Jakarta, (ANTARA News) - Gerakan Sufisme di Indonesia yang mulai muncul sejak dekade 1970-an semakin komersil sejak pergantian milenium, di mana tasawwuf sudah merambah masuk dalam dunia hiburan, musik, novel dan film.

"Paramadina mengawali komersialisasi ini sebagai institusi pendidikan Islam bergaya universitas yang menggunakan iklan untuk memaparkan program-programnya ke publik," kata pengamat dari Griffith University Prof Dr Julia Day Howell, dalam seminar "Urban Sufism: Gairah Spiritual atau Eskapisme?" di Jakarta, Rabu.

Fenomena ini, menurut Indonesianis ini, juga telah secara keseluruhan mengeluarkan filsafat dan tradisi sufisme yang serius yang metafisik beralih menjadi budaya populer melalui media massa elektronik.

"Beberapa program tasawwuf diadakan di hotel-hotel, juga tur haji dan umroh yang dipimpin profesor tasawwuf," katanya.

Howell juga mengatakan, sufisme masyarakat di perkotaan, khususnya di kelas menengah ke atas, berkaitan erat dengan tekanan modernitas sosial yang dialami masyarakat, dan terjadi seluruh dunia, baik Timur dan Barat.

Sementara itu, pengamat keagamaan, Haidar Bagir mengatakan, kemajuan di perkotaan ternyata telah membawa juga bersamanya alienasi manusia modern yang akhirnya meningkatkan kecemasan, depresi dan mental psikologis lainnya.

"Kekosongan yang dirasakan justru terjadi ketika manusia telah mencapai kemakmuran material. Kemudian terjadi arus balik dengan menjamurnya paguyuban spiritualisme, dan sufisme mendapat pengikutnya sendiri di kota-kota besar," katanya.

Sedangkan pengamat keagamaan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Kautsar Azhari Noer mengatakan, kata sufisme dan tasawwuf tampaknya sedang mengalami "inflasi" karena dilekatkan pada fenomena keagamaan yang tidak tepat.

"Kebangkitan keagamaan atau kebangkitan spiritualisme seringkali terburu-buru dilabeli dengan sufisme atau tasawuf, padahal seharusnya lebih tepat jika diklasifikasikan sebagai Gerakan Zaman Baru atau `New Age Movement`," katanya.

Ia mencontohkan kemunculan kelompok spiritualisme di beberapa kota di Indonesia seperti Anand Ashram, Beshara, atau Metafisika Study Club atau Salamullah Lia Eden yang secara jelas tak mengidentikkan diri dengan Islam.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009