Surabaya (ANTARA News) - Grup Jejak Petjinan menyebut Sunan Bonang yang dimakamkan di Tuban adalah Muslim Tionghoa. "Karena itu, kami menggelar `Melantjong Petjinan Toeban` pada 1 Agustus," kata koordinator Grup Jejak Petjinan, Paulina Mayasari, kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.
Dalam kegiatan itu, katanya, pihaknya akan melancong ke lima jejak pecinan di Tuban yakni tempat pembuatan Jenang Wijen Tuban di Babat, Lamongan.
Selain itu, Kelenteng "Kwan Sing Bio" Tuban, alun-alun Kota Tuban, Kelenteng Makco "Tjoe Ling Kiong", dan makam Sunan Bonang serta Masjid Agung Tuban.
"Kalau kami selama ini hanya melancong ke jejak pecinan di Kota Surabaya, maka sekarang kami melancong ke Tuban yang juga memiliki jejak pecinan," katanya.
Menurut dia, Kota Tuban yang berusia lebih dari tujuh abad itu memiliki banyak julukan, seperti kota minyak, kota pelabuhan, kota wali, dan kota seribu gua.
"Meski Tuban dikenal karena menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam, namun Tuban memiliki klenteng yang sudah sangat lama dikenal karena ada kepiting yang menghinggapi pintu masuknya," katanya.
Selain itu, ada pula klenteng tua di alun-alun Kota Tuban yang tidak jauh dari makam Sunan Bonang di belakang Masjid Agung Tuban.
"Mungkin ada yang bertanya, kenapa grup pecinan ke makam Sunan Bonang? Banyak orang tidak tahu bahwa Sunan Bonang itu merupakan Tionghoa muslim," katanya.
Untuk mengenalkan jejak pecinan di Tuban, termasuk menelusuri jejak Sunan Bonang itulah, katanya, maka Grup Jejak Petjinan melancong ke Tuban.
"Untuk ke sana, peserta berkumpul di Heerenstraat atau JMP Jalan Rajawali, Surabaya pada 1 Agustus pukul 06.00 WIB. Peserta terbatas untuk 55 orang," katanya.
Peserta hanya membayar biaya Rp125.000,00 untuk makan pagi, makan siang, makan malam, makanan ringan (snack), nametag, pin, dan ongkos transportasi.
"Kalau mau kaos Jejak Petjinan harus menambah biaya Rp70.000,00 kepada saya dengan mendaftar ke nomor kontak 08123047311 atau lewat email pitics@gmail.com," katanya.(*)
(T.E011/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010