markas PBB (ANTARA News) - Sekjen PBB Ban Ki-moon, Jumat memuji satu perjanjian larangan munisi bom tandan yang mulai berlaku akhir pekan ini sebagai satu kemajuan pentig dalam usaha membersihkan dunia dari "senjata-senjata yang mengerikan itu."
"Saya merasa senang bahwa Konvensi mengenai Munisi Bom Tandan mulai berlaku 1 Agustus 2010," kata Ban dalam sebuah pernyataan yang dikutip AFP.
"Perjanjian baru ini adalah satu kemajuan besar bagi perlucutan senjata global dan agenda kemanusiaan, dan akan membantu kita mengatasi ketidak amanan yang luas dan penderitaan akibat dari senjata-senjata yang mengerikan ini, khusunya dikalangan warga sipil dan anak-anak," kata Sekjen PBB itu.
Konvensi mengenai Munisi Bom Tandan, yang sejauh ini ditandatangai 107 negara, akan mulai berlaku Ahad, sekitar enam bulan setelah lebih dari 30 negara meratifikasikan perjajian itu, yang ditandatangani tahun 2008.
Perjanjian itu melarang negara-negara yang telah meratifikasinya menggunakan,memproduksi dan menyimpan senjata-senjata itu.
Perjanjian itu "menandakan tidak hanya perubahan kolektif dunia yang mendadak terhadap sejnata-senjata ini, tetapi juga kekuataan kerja sama di kalangan pemerintah-pemerintah, masyarakat sipil dan PBB untuk mengubah sikap-sikap dan kebijakan-kebijakan menangani ancaman yang dihadapi semua manusia," kata Ban."Kerja sama seperti tu adalah penting karena kita kini berusaha untuk melaksanakan Konvensi itu termasuk memberikan bantuan kepada para korban."
Bom-bom tandan atau peluru-peluru memberikan dampak luas dan pecahannya-sering ratusan-- "bomblet" kecil yang menyebar ke daerah luas.
Banyak yang gagal meledak segera dan dapat terbengkalai selama beberapa tahun, menewaskan atau membuntungkan ratusan warga sipil, sering lama setelah konflik-konflik yang berakhir di wilayah-wilayah seperti Asia tenggara, Balkan dan Lebanon selatan.
Sering yang jatuh korban adalah anak-anak yang menemukan dan membawa munisi-munisi itu.
Para penandatangan konvensi itu termasuk negara-negara produser dengan militer menyimpan lebih dari 100 juta bomblet seperti Iggris, Jerman dan Prancis.
Negara yang memiliki militer yang kuat termasuk China, Rusia dan Amerika Serikat dan Israel, yang diperkirakan memiliki satu miliar bomblet cadangan global,sejauh meniolak perjanjian itu.
(Uu.H-RN/B002/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010