Bengkulu (ANTARA News) - Seekor harimau sumatera (Panthera tigris Sumatrae) bernama Mekar Sari sudah siap dilepasliarkan kembali ke hutan Sumatera setelah mendapat perawatan dari tim kesehatan satwa Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu karena terluka.
"Mekar sudah siap dilepasliarkan karena lukanya sudah sembuh dan kondisi fisiknya sudah memungkinkan untuk dilepas kembali ke habitatnya," kata Kepala BKSDA Bengkulu Andi Basrul di Bengkulu, Jumat.
Harimau betina yang diperkirakan berumur 2 hingga 3 tahun itu ditangkap oleh petugas BKSDA dua pekan lalu karena meresahkan warga Desa Mekar Jaya, Kabupaten Seluma.
Andi mengatakan satwa dilindungi itu memasuki pemukiman warga dan dalam kondisi terluka sehingga ditangkap oleh BKSDA untuk mendapat perawatan.
"Setelah pulih akan kami lepasliarkan kembali ke hutan Sumatera yang menjadi habitatnya," katanya.
Ia mengatakan belum menentukan lokasi pelepasan satwa terancam punah itu karena terdapat sejumlah pilihan termasuk di lokasi konservasi milik pengusaha Tommy Winata di Tambling, Provinsi Lampung.
Pada umumnya, kata dia, seluruh kawasan hutan Sumatera merupakan habitat satwa berkaki empat itu tetapi kondisi hutan yang semakin menyusut membuat ancaman perburuan terhadap harimau semakin tinggi.
"Hutan Sumatera yang rusak parah dan terfragmentasi membuat daya jelajahnya semakin sempit sehingga mudah diincar pemburu liar," tambahnya.
Untuk Provinsi Bengkulu, kata Andi, dari 900 ribu hektare kawasan hutan, 40 persennya sudah rusak parah akibat perambahan liar.
Menurut catatan BKSDA, populasi harimau sumatera di Bengkulu hanya sekitar 50 hingga 70 ekor. Sedangkan di seluruh wilayah Sumatera, populasinya tersisa 300-400 ekor.
Selain karena perburuan liar, populasi satwa ini juga terancam akibat konflik dengan manusia di perbatasan hutan dengan perkampungan.
Konflik manusia dan harimau paling sering terjadi di wilayah Seluma dan Kaur, karena sebagian pemukiman dan kebun milik warga berada di dalam habitat satwa tersebut.
(K-RNI/S022)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010