Jakarta (ANTARA News) - Fenomena penguatan dan kejatuhan citra tokoh publik belakangan ini hendaknya menjadi pembelajaran bagi siapa saja yang mengharapkan peran publiknya berkelanjutan, demikian menurut pakar pemasaran, Amalia E. Maulana, PhD.

“Membangun reputasi adalah proses panjang, namun akan cepat jatuh bila tidak dirawat dengan hati-hati. Membangun reputasi tidak dapat dilakukan hanya terbatas pada janji namun harus diwujudkankan dalam realisasi secara konsisten” tambahnya.

Amalia E. Maulana menjadi pembicara tunggal dalam Seminar Sehari “Strong I-Brand: Tingkatkan Citra Diri” yang diadakan oleh Etnomark di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Kamis (29/7). Hadir sebagai menyampaikan Keynote Speech, Ahmad Mukhlis Yusuf, Direktur Utama LKBN ANTARA dan Irham Dilmy, Managing Partner, Amprov Hever International.

Dalam Keynote Speech-nya, Ahmad Mukhlis Yusuf mengajak seluruh individu dan pemimpin organisasi untuk membangun reputasi yang diperkuat dengan pondasi nilai-nilai yang melekat dengan misi hidupnya.

“Kesadaran akan nilai-nilai dan misi pribadi yang berorientasi pada kemuliaan budi pekerti pemilik citra diri akan lebih kuat hasilnya” katanya. Mukhlis selanjutnya menyatakan “Setiap individu adalah CEO bagi dirinya”.

Sejalan dengan pernyataan Mukhlis, Amalia menguraikan arti penting personal branding bagi setiap individu, bukan hanya tokoh politik dan selebritis. “Personal brand semakin penting. Bukan hanya selebriti yang perlu dikelola dengan baik dan terstruktur personal brandnya. Profesional juga perlu meningkatkan citra dirinya” demikian tegas Amalia.

I-Brand seiring dengan personal branding, Dalam I-Brand tokoh utama yang di-branding adalah diri seseorang. Perbedaannya, jika branding untuk personal pada umumnya dilakukan dalam rangka menjadikannya seorang figur publik atau ahli/tokoh tertentu. Dimensi I-Brand lebih terbebas dari tujuan ingin populer saja” tambahnya.

Branding 'I' atau 'Aku' mengajak seseorang memikirkan goal yang hendak diraih, apapun bentuknya. I-Branding lebih berorientasi pada diri sendiri, mewujudkan mimpi-mimpi pribadi yang berkaitan dengan pekerjaan. Tidak harus menjadi seorang Selebriti atau figur publik untuk mempunyai sebuah I-Brand yang solid. Strategi I-Brand adalah strategi pembinaan diri untuk menjadi seseorang yang punya nilai tinggi di mata stakeholdersnya”.

Selanjutnya Amalia menegaskan, strategi I-Brand yang baik menjadikan seorang profesional lebih bernilai di mata stakeholdersnya yang terdiri dari teman sekerjanya, atasannya, di lingkungan manapun, dan bahkan di mata para head-hunter di pasar tenaga kerja”.

“Mengelola I-Brand tidak bisa ‘sambil jalan’ atau sekedarnya saja. Harus ada perencanaan strategi yang baik dan kemudian pada saat pelaksanaannya, dimonitor secara terinci, agar sampai ke tujuan yang direncanakan, pada waktunya” tambah Amalia di hadapan sekitar 100 orang peserta seminar dari kalangan pebisnis dan profesional itu
(A049/B010)

Pewarta: Bambang
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010