Jakarta (ANTARA) - Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Panutan S. Sulendrakusuma mengatakan sinyal pemulihan ekonomi Indonesia semakin kuat setelah tingkat inflasi tetap positif dan terkendali dengan berada pada level 1,37 persen secara year on year (yoy) hingga Maret 2021.
"Artinya, Indonesia berhasil terhindar dari bahaya deflasi yang bisa menghambat pemulihan ekonomi,” kata Panutan S. Sulendrakusuma, dalam siaran pers Kantor Staf Presiden (KSP), di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan kontraksi ekonomi pada kuartal II 2020 yang sebesar -5,32 persen yoy berkurang menjadi -3,49 persen yoy pada kuartal III 2020.
Kemudian angkanya kian membaik pada kuartal IV 2020 menjadi -2,19 persen yoy dan - 0,74 persen yoy pada kuartal I 2021.
Baca juga: Pengamat nilai pemulihan ekonomi sudah berada dalam jalur yang tepat
Dia menyampaikan secara keseluruhan perekonomian Indonesia pada kuartal I 2021 masih mengalami kontraksi sebesar -0,74 persen yoy dan -0,96 persen quarter to quarter (qtq).
"Ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi semakin nyata dan bisa terwujud ke depan,” jelas Panutan.
Dia memaparkan realisasi belanja negara pada kuartal I 2021 adalah sebesar Rp523,04 triliun, atau naik cukup tinggi dibandingkan kuartal I tahun 2020 sebesar Rp452,41 triliun.
Kenaikan angka APBN terjadi karena naiknya realisasi belanja pemerintah pusat yang diantaranya pertumbuhan belanja modal yang naik sangat tinggi sebesar 186,2 persen, belanja barang 82,7 persen, serta belanja lain-lain. Sementara itu, belanja pegawai mengalami kontraksi sebesar 2,0 persen.
Baca juga: Kemenkeu sebut pertumbuhan triwulan I indikasikan pemulihan yang solid
Pergerakan positif juga terlihat pada realisasi penanaman modal yang tercatat di BKPM (PMA dan PMDN). Dalam kuartal I 2021 realisasi penanaman modal mencapai Rp 219,7 triliun atau naik 4,3 persen yoy.
Sementara itu, kata dia, sektor pariwisata masih mengalami tekanan. Jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada kuartal I 2021 mencapai 385,59 ribu kunjungan, atau turun 16,33 persen qtq atau turun 85,45 persen yoy.
“Pemerintah terus berusaha memulihkan sektor pariwisata dengan program vaksinasi dan pemulihan ekonomi,” ujar Panutan.
Adapun angka produksi mobil pada kuartal I 2021 mencapai 255.312 unit atau naik sebesar 23,4 persen qtq, sedangkan penjualan mobil secara wholesale (penjualan sampai tingkat dealer) mencapai 187.021 unit atau naik 16,6 persen.
Panutan menilai, catatan ini mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat ekonomi menengah ke atas mulai bergerak.
Sementara penjualan motor secara wholesale pada kuartal I 2021 mencapai 1.293.933 unit atau naik 64,52 persen qtq yang mencerminkan kenaikan perbaikan perekonomian pada ekonomi kelas menengah ke bawah.
Dengan pergerakan berbagai indikator tersebut, PDB Indonesia pada kuartal I 2021 atas dasar harga berlaku mencapai Rp3.969,1 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan mencapai Rp2.683,1 triliun.
Pada sektor lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor infokom yang tumbuh 8,72 persen, pengadaan air 5,49 persen, jasa kesehatan 3,64 persen, pertanian 2,95 persen, pengadaan listrik dan gas 1,68 persen, serta real estate 0,94 persen yoy.
Sementara Industri pengolahan terkontraksi 1,38 persen, perdagangan terkontraksi 1,23 persen, transportasi 13,12 persen, akomodasi dan makan minum terkontraksi 7,26 persen yoy.
Adapun menurut pengeluaran, kontraksi masih terjadi pada konsumsi rumah tangga 2,23 persen, konsumsi Lembaga Non Profit Pelayan Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 4,53 persen, dan Pembentukan Modal Tutup Bruto (PMTB) 0,23 persen yoy.
Sementara itu konsumsi pemerintah tumbuh positif 2,96 persen, ekspor 6,74 persen, dan impor 5,27 persen yoy.
“Dengan proses pemulihan di atas, pemerintah berkeyakinan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh positif dan cukup tinggi pada kuartal-kuartal berikutnya,” ujar Panutan.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021