Ridwan Kamil dalam konferensi pers Satgas Penanganan COVID-19 yang dipantau secara virtual dari Jakarta, Rabu mengutarakan ruangan isolasi itu dipersiapkan untuk mengantisipasi para pemudik yang lolos dari penjagaan petugas di berbagai titik penyekatan.
"Di kampung-kampung kami sudah ada sekitar 2.500 ruang isolasi di desa-desa sehingga kalau mereka ngotot kami sudah instruksikan bhabinkamtibmas, babinsa, TNI, Polri dan kepala desa untuk langsung diisolasi selama lima hari pemudik itu," katanya.
Hal itu dilakukan, ujar Ridwan, belajar dari pengalaman pada tahun lalu saat pemudik menularkan COVID-19 kepada keluarganya saat pulang kampung halaman.
Namun, dia menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat sendiri sudah menyiapkan 158 titik penyekatan dan dilakukan pula penjagaan di jalan-jalan alternatif yang biasa dikenal sebagai "jalur tikus" untuk mencegah kedatangan pemudik.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak mengatakan selain mengantisipasi pemudik dari luar provinsi, daerahnya juga harus menangani kedatangan para pekerja migran Indonesia (PMI) yang pulang ke tanah air karena kontrak kerjanya habis.
Menurut Emil, Bandara Juanda di Surabaya telah ditentukan menjadi salah satu titik imigrasi yang ditentukan pemerintah menjadi gerbang masuk PMI yang kembali ke kampung halaman.
"Yang biasa rata-rata per hari di Januari 100 orang, di Februari 200 orang. Sejak April sampai 4 Mei saja sudah hampir 900 karena bersinggungan dengan masa habis kontraknya PMI di luar negeri," kata Emil.
Wagub Jatim memastikan bahwa pihaknya telah menyiapkan fasilitas karantina bagi tenaga kerja Indonesia yang kembali untuk memastikan mereka bebas COVID-19.
Meskipun membawa surat bebas COVID-19 dari negara penempatan masing-masing, Emil mengatakan sejauh ini telah ada 33 PMI yang pulang dan terkonfirmasi positif COVID-19.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021