Jakarta (ANTARA) - Arecaceae (tanaman palem, palm) merupakan keluarga besar, merupakan sumber komersial buah yang dapat dimakan, kacang, minyak, serat, dan kayu. Palma ini termasuk tumbuhan agrikultural dan medis, seperti rotan (Calamus sp.), kelapa (Cocos nucifera), oil palm (Elaeis guineensis), sagu (Metroxylon sagu), dan kurma (Phoenix dactylifera).

Kurma memiliki lebih dari dua ribu varietas. Misalnya kurma Ajwa, Hilali, Khalas, Khodry, Lulu, Munifi, Ruthana, Sefri, Segae, dan Sukkary. Istilah “kurma” terulang di Quran sebanyak dua puluh kali dan di Bibel lebih dari lima puluh kali.

Dalam tradisi Islam, kurma dan susu atau yoghurt merupakan makanan yang dikonsumsi untuk berbuka puasa selama bulan Ramadhan. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau FAO (2020), produksi kurma dunia mengalami peningkatan dari 4,6 juta ton di tahun 1994 menjadi 8,52 juta ton di tahun 2018.

Produk kurma telah digunakan sebagai konsumsi harian selama lebih dari 1400 tahun di berbagai negara Islam. Salah satu kurma terkenal, kurma Ajwa, telah disebutkan Rasulullah, bila seseorang mengonsumsi tujuh buah kurma Ajwa di pagi hari, maka tidak ada racun ataupun sihir di hari itu yang dapat mencelakakannya.

Secara taksonomi, kurma tergolong Domain Eukaryota, Kingdom Plantae, Phylum Spermatophyta, Subphylum Angiospermae, Class Monocotyledonae, family Arecaceae, genus Phoenix.

Baca juga: Kurma masih diincari di tengah penurunan daya beli akibat pandemi

Baca juga: "Date Balls", ide sajian kurma untuk buka puasa

Distribusi

Terdapat sekitar empat belas spesies dari genus Phoenix. Misalnya: Phoenix dactylifera L., memiliki nama lokal date palm, dengan distribusi geografis meliputi: Afrika utara dan barat, jazirah Arab, Australia, California, China, El Salvador, Fiji, Iran, India, Mauritius, Pakistan, Spanyol. Phoenix acaulis, memiliki nama lokal Stemless date palm, dengan distribusi geografis meliputi: Bhutan, Nepal, India Utara. Phoenix andamanensis, memiliki nama lokal Andaman Island date palm, dijumpai hanya di Myanmar.

Phoenix atlantica, memiliki nama lokal Cape Verde Island, dengan distribusi geografis kepulauan Cape Verde. Phoenix caespitosa, memiliki nama lokal date palm, distribusi geografis meliputi: Djibouti, Oman, Saudi Arabia, Somalia, dan Yemen. Phoenix canariensis, memiliki nama lokal Canary Island date palm, dengan distribusi geografis meliputi: Australia, Bermuda, Italia, kepulauan Canary, Spanyol.

Phoenix loureiroi, memiliki nama lokal Mountain date palm, distribusi geografis di China, Filipina, Himalaya, India, Indochina. Phoenix paludosa, memiliki nama lokal Mangrove date palm, distribusi geografis di Andaman, India, Indochina, dan Sumatera. Phoenix pusilla, memiliki nama lokal Ceylon date palm, distribusi geografis di India dan Sri Lanka.

Phoenix reclinata, memiliki nama lokal Senegal date palm, distribusi geografis di Afrika, semenanjung Arab, Comoros, dan Madagaskar. Phoenix roebelenii, memiliki nama lokal Pygmy date palm, distribusi geografis di China (Yunnan) hingga Indo-China utara. Phoenix rupicola, memiliki nama lokal Cliff date palm, distribusi geografis di kepulauan Andaman, Bhutan, dan India. Phoenix sylvestris, memiliki nama lokal Indian date palm, distribusi geografis di subkontinen India, Myanmar, China selatan. Phoenix theophrasti, memiliki nama lokal Cretan date palm, distribusi geografis di Yunani dan Turki (Al-Alawi RA, dkk, 2017).

Baca juga: Khasiat kurma untuk kesehatan hingga vitalitas pria

Baca juga: Jelang puasa, kurma "corona" laris manis di Mesir

Kandungan

Investigasi fitokimiawi berhasil mengungkapkan kandungan buah kurma. Misalnya antosianin, fenolik, sterol, karotenoid, pro-sianidin, flavonoid, persenyawaan yang dikenal memiliki aktivitas free radical scavenging, antioksidan, anti-mutagenik, antimikrobial, anti-inflamasi, anti-hiperlipidemik, gastroprotektif, hepatoprotektif, nefroprotektif, antikanker, dan imunostimulan.

Selain itu, kurma juga dipertimbangkan para ahli sebagai makanan lengkap atau diet sempurna karena efek kuratifnya terhadap beragam keluhan dan kandungan asam lemak, asam amino protein, dan steroid di dalamnya. Kurma mengandung fitokimiawi seperti: fenolik, flavonoid, dan karotenoid yang memiliki potensi sebagai antioksidan dan antikanker. Efek protektif kurma berasal dari kandungan mineral, vitamin, serat, serta beragam metabolit sekunder tanaman, contohnya: flavonoid, fenolik, isorhamnetin, lariciresinol, lupeol, lupeol asetat, 3-O-caffeoylshikimic acid, pinoresinol, resveratrol, rutin, secoisolariciresinol, zeaxanthin, dan spirost-5-en-3-yl asetat.

Selain itu, proantosianidin polifenolik juga bertindak sebagai kombinasi dengan fenolik lainnya seperti "pemangsa" radikal bebas atau kelator logam berat, yang mana pada gilirannya bertindak mencegah stres oksidatif dan inflamasi.

Kurma mengandung vitamin larut air dan lemak yang penting untuk vitalitas tubuh. Selain itu, kurma juga mengandung vitamin yang kaya akan antioksidan kuat yang mampu bertindak sebagai "chelating" beragam radikal berbeda di reaksi non-enzimatik, sepert vitamin A, C, dan E. Kurma juga kaya akan makro dan mikronutrien yang berperan penting di berbagai fungsi biologis tubuh, seperti: selenium, seng, tembaga, dan mangan yang merupakan sumber metaloenzim antioksidan utama misalnya glutation peroksidase dan superoksida dismutase.

Kandungan ekstrak polifenol di kurma berbeda-beda. Sirup kurma di Inggris mengandung ekstrak polifenol berupa gallate, quercetin, epigallocatechin, curcumin, resveratrol. Kurma gurun (Balanites aegyptiaca) di Saudi Arabia mengandung ekstrak polifenol berupa beta-sitosterol, vanillic acid, dan syringic acid. Sedangkan kurma gurun di Mesir mengandung ekstrak polifenol berupa rutin, epicatechin-O-glucoside, quercetin, isorhamnetin, isorhamnetin-3-O-rutinoside, isorhamnetin-3-O-glucoside (Mia MA, dkk, 2020).

Baca juga: Tips memilih kurma berkualitas

Baca juga: Laris manis penjualan kurma di Tanah Abang, omzet naik 100 persen

Khasiat

Semua produk kurma seperti buah, biji, tepung sari, daun, dan sirup bermanfaat untuk hewan dan manusia. Hal ini memikat para ilmuwan untuk memelajari beragam potensial farmakologis dari produk kurma. Di dalam jurnal Current Drug Discovery Technologies tahun 2018, El-Far AH dkk mengemukakan berbagai substansi aktif dan khasiat kurma. Misalnya sebagai antiradang, antikanker, dan antidiabetes.

Dalam kedokteran tradisional, kurma telah digunakan untuk terapi penyakit terkait radang. Baru-baru ini, kurma digunakan sebagai pereda nyeri bersama dengan ibuprofen dan parasetamol. Mekanismenya belum pasti, namun dilaporkan bahwa kurma memiliki substansi aktif yang dapat menghambat ekspresi sitokin inflamasi [seperti: interleukin (IL-6, IL-8, IL-10), IGF-1, dan TNF-alpha], mengganggu sintesis prostaglandin, meningkatkan ekspresi TGF-beta, memiliki efek analgesik karena keberadaan vitamin C dan E.

Kandungan fenolik dan flavonoid di dalam kurma mampu menghambat pembentukan prostaglandin endoperoxide, memicu penghentian mediator peradangan, seperti: tromboksan dan prostaglandin.

Khasiat kurma sebagai antikanker telah teruji di sejumlah eksperimen. Polifenol terkonsentrasi dan ekstrak terdigesti ex vivo dari kurma ajwa mampu menghambat pertumbuhan dan proliferasi sel line Caco-2 kanker kolon. Komponen esensial kurma, yakni (1→3)-beta-D-glucan, memiliki efek inhibisi pada sarcoma-180 secara in vivo pada mencit.

Khan F dkk (2017) mengidentifikasi bahwa ekstrak metanol kurma ajwa menghambat adenokarsinoma payudara manusia (MCF7) melalui inhibisi siklus sel serta induksi apoptosis (proses bunuh diri sel).

Mekanismenya secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut. Kadar interleukin (IL-2 dan IL-12) berkurang secara signifikan dengan terapi diethylnitrosamine (DEN) namun meningkat mengikuti pemberian ekstrak kurma ajwa.

Sitokin pro-inflamasi lainnya (IL-4), yang berimplikasi pada aktivitas pencetus tumor bagaimanapun juga, tetap tidak terpengaruh dengan terapi DEN dibandingkan dengan probandus normal yang tidak diterapi. Sitokin (IL-2 dan IL-12) meskipun dipertimbangkan sebagai pro-inflamasi, namun keduanya meregulasi secara negatif perilaku tumor, dan saat ini sedang dalam tahap uji coba klinis (clinical trials). Proantosianidin dilaporkan menurunkan inflamasi terkait erat dengan terapi ultraviolet B dan 2,4-dinitrofluorobenzene pada mencit, dengan meningkatkan konsentrasi IL-12. Proantosianidin dijumpai pada kurma ajwa dan terkait erat dengan peningkatan kadar interleukin 12.

Kurma juga berpotensi sebagai antidiabetes. Kandungan serat (fibres) dan fructose merupakan penurun glukosa, di mana konsumsi kurma hingga 76,2 gram sebagai kudapan (snack) diakui bermanfaat di tradisi kuliner Arab dan dapat menjaga kadar glukosa postprandial (dua jam setelah makan) pada pasien diabetes.

Sebagai tambahan, keajaiban kurma dibuktikan secara ilmiah dalam beragam aktivitas, seperti: antioksidan, antimikrobial, antihiperglikemik, antihiperlipidemik, antitoksik (seperti: antihepatotoksisitas, antinefrotoksisitas, antineurotoksisitas), fertilitas (reproduktif), protektif kardiovaskuler.

*) dr Dito Anurogo MSc, adalah Dokter Rakyat di Kampus Desa Indonesia, dosen tetap FKIK Unismuh Makassar, kandidat PhD di IPCTRM College of Medicine Taipei Medical University Taiwan, penulis puluhan buku berlisensi BNSP, pegiat literasi digital

Copyright © ANTARA 2021