Temanggung (ANTARA News) - Musim hujan yang masih berlangsung hingga akhir Juli 2010 di wilayah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menguntungkan para petani sayur-mayur karena tanaman ini membutuhkan air yang cukup.
Sejumlah petani di Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, Kamis, menyatakan tanaman sayur-mayurnya bisa tumbuh subur dan tanpa harus menyirami.
Namun, saat ini hanya sedikit petani di daerah Ngadirejo yang menanam sayur-mayur, mereka kebanyakan menanam tembakau pada bulan Juli yang biasanya telah memasuki musim kemarau.
Seorang petani warga Dusun Loji, Desa Tegalrejo, Ngadirejo, Hudiman, mengatakan dalam musim hujan yang berkepanjangan ini lebih menguntungkan menanam sayur-mayur karena petani tidak perlu menyiraminya.
"Pada saat kemarau, petani membutuhkan tenaga untuk menyirami sayur-mayur yang ditanamnya karena komoditas ini meskipun tidak banyak memerlukan air, tetapi harus disiram setiap hari," katanya.
Ia mengatakan, saat ini menanam beberapa jenis sayur-mayur seperti sawi dan loncang, namun sebagian lahannya juga ditanami tembakau. Harga sayur-mayur memang cenderung lebih murah tetapi tidak banyak terpengaruh iklim seperti tanaman tembakau.
Ia menyebutkan, harga sawi berkisar Rp500 hingga Rp2.000 perkilogram dan harga loncang Rp1.000 hingga Rp3.000 perkilogram, sedangkan harga tembakau kalau hasilnya bagus perkilogram bisa mencapai puluhan ribu rupiah.
"Hampir semua jenis sayur-mayur membutuhkan air yang cukup sehingga dengan masih adanya hujan ini bisa mengurangi biaya untuk tenaga menyirami," katanya menegaskan.
Namun, menurut dia musim hujan yang berkepanjangan ini tidak baik untuk tanaman tembakau, apalagi sekarang menjelang masa panen dengan turunnya hujan maka dapat mempengaruhi kualitas tanaman tembakau.
Petani yang lain, Nur Rahmat, mengatakan, saat ini menanam tembakau dengan sistem tumpangsari bersama tanaman cabai rawit.
Ia mengatakan, tanaman tembakaunya kurang bagus karena hingga sekarang masih sering turun hujan, namun dia bisa menikmati hasil dari tanaman cabai yang akhir-akhir ini harga cabai melambung. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010