Teheran (ANTARA News/AFP) - Mesir menolak permohonan visa empat anggota parlemen Iran yang berencana mengunjungi Jalur Gaza yang diblokade Israel, siar televisi Iran Press TV, Rabu.
"Pemerintah Mesir menghalangi proses pemberian visa... belum ada visa yang dikeluarkan bagi anggota-anggota parlemen," kata Mahmoud Ahmadi Bighash, salah satu dari keempat anggota parlemen itu, seperti dikutip oleh situs berita televisi yang berbahasa Inggris itu.
Tiga anggota parlemen lain adalah Evaz Heydarpour, Parviz Sarouri dan Shobayb Jouyjari. Mereka telah dijadwalkan menuju wilayah miskin Palestina yang berpenduduk padat itu pada Selasa.
Pada 21 Juli, kantor berita Mehr melaporkan bahwa keempat orang itu akan memasuki Jalur Gaza melalui titik penyeberangan Rafah Mesir.
Pada Juni, Bulan Sabit Merah Iran menyatakan, mereka berencana mengirim sebuah kapal bantuan ke Gaza namun kemudian membatalkan rencana itu karena pembatasan yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir.
Iran mengumumkan niatnya unutuk mengirim kapal bantuan setelah serangan komando Israel pada 31 Mei terhadap armada kapal tujuan Gaza.
Republik Islam itu tidak mengakui keberadaan Israel dan ketegangan memburuk antara kedua negara tersebut ketika Iran berada di bawah pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad yang berulang menyatakan bahwa negara Yahudi itu ditakdirkan hancur.
Israel menjadi sorotan dunia setelah insiden mematikan pada akhir Mei.
Pasukan komando Israel menyerbu kapal-kapal dalam armada bantuan yang menuju Jalur Gaza pada 31 Mei. Sembilan aktivis Turki pro-Palestina tewas dalam serangan di salah satu kapal itu.
Hubungan Israel-Turki terperosok ke tingkat terendah sejak kedua negara itu mencapai kemitraan strategis pada 1990-an akibat insiden tersebut.
Turki memanggil duta besarnya dari Tel Aviv dan membatalkan tiga rencana latihan militer setelah penyerbuan itu. Turki juga dua kali menolak permohonan pesawat militer Israel menggunakan wilayah udaranya.
Kekerasan parah dalam penyerbuan menjelang fajar Senin (31/5) oleh pasukan Israel terjadi di kapal Turki, Mavi Marmara, yang memimpin armada kapal bantuan menuju Gaza.
Israel berkilah bahwa penumpang-penumpang kapal itu menyerang pasukan, namun penyelenggara armada kapal itu menyatakan bahwa pasukan Israel mulai melepaskan tembakan begitu mereka mendarat.
Setelah serangan itu, Mesir, yang mencapai perdamaian dengan Israel pada 1979, membuka perbatasan Rafah-nya untuk mengizinkan konvoi bantuan memasuki wilayah Gaza -- kalangan luas melihatnya sebagai upaya untuk menangkal kecaman-kecaman atas peranan Mesir dalam blokade itu.
Kairo, yang berkoordinasi dengan Israel, hanya mengizinkan penyeberangan terbatas di perbatasannya sejak Hamas menguasai Gaza pada 2007.
Di bawah tekanan-tekanan yang meningkat, Israel kemudian meluncurkan penyelidikan bersama dua pengamat internasional atas serangan itu. Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mendorong penyelidikan terpisah PBB dengan keikutsertaan Israel dan Turki.
Israel juga mengendurkan blokade terhadap Gaza dengan mengizinkan sebagian besar barang sipil masuk ke wilayah pesisir tersebut.
Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa hampir tiga tahun lalu.
Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.
Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.
Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010