Jakarta (Antara) - Ketua Umum Dewan Kerohanian Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Budi Santoso Tanuwibowo menilai Pancasila adalah harta paling berharga yang dimiliki Indonesia. Karena itu harus dirawat dan dijaga. Caranya antara lain, dengan memanfaatkan kekayaan seni dan budaya di Tanah Air.


Hal tersebut disampaikan Budi saat menerima kunjungan silaturahmi pejabat Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dengan Dewan Matakin di Klenteng Kong Miao, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Selasa sore (4/5). Dalam kunjungan itu rombongan BPIP dipimpin Kepala BPIP Yudian Wahyudi, yang didampingi Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi Rima Agristina, dan Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan Baby Siti Salamah beserta jajarannya.


Dalam sambutannya, Budi mengucapkan apresiasi atas kunjungan BPIP dan siap mendukung berbagai program yang dilakukan BPIP. Kata dia, kunjungan ini menunjukkan orang makin sadar bahwa Pancasila adalah harta yang paling berharga yang selama ini disia-siakan.


Budi bercerita suatu kali pernah berkunjung ke rumah pengasingan Bung Karno di Ende, NTT. Di sana, ia juga duduk di bawah pohon Sukun dan memandang laut di depannya. Dari sana, ia bisa ikut menyelami gejolak batin Bung Karno. Bagaimana bangsa yang kaya raya bisa dijajah oleh negara yang kecil selama ratusan tahun. Juga dijajah dengan cara yang sama berulang-ulang. Yaitu dengan cara diadudomba satu sama lain. "Seperti adu jangkrik. Dikilik-kilik sedikit bangsa kita langsung berantem dengan yang lain," ungkap Budi.


Karena itu ia bersyukur pendiri bangsa akhirnya merumuskan Pancasila. Dasar negara yang bisa menyatukan beragam suku, bahasa, dan agama. "Suku bangsa yang berbeda akhirnya punya satu tujuan yang sama," kata Budi.


Menurut Budi, nilai Pancasila sudah senafas dan seirama degan ajaran Konghucu. Di dalamnya ada keadilan, persatuan, dan lainnya. "Jika ada keadilan tidak akan ada lagi persoalan persatuan dan kemiskinan. Karena itu, menjadi pemeluk Konghucu yang baik pasti menjadi seorang Pancasila yang baik," ungkapnya.


Budi berharap ke depan BPIP dan MATAKIN bisa terus bekerja sama dan berkolaborasi dalam rangka membumikan Pancasila. Caranya tidak selalu harus dengan diskusi atau webinar. Bisa dengan musik atau teater yang lebih mudah diterima.


"BPIP harus menggunakan kekayaan seni budaya Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai sesuatu yang berharga. Selain itu juga agar Pancasila bisa dihargai dan dimanfaatkan. Karena Pancasila bukan hanya sebagai dasar negara, tapi juga tujuan dan pegangan hidup. Juga standar untuk menilai apakah kita sudah sukses atau tidak," paparnya.


Kepala BPIP Yudian Wahyudi mengatakan kebhinekaan sesuatu yang tak bisa dipungkiri. Karena itu diperlukan suatu ikatan untuk menyatukan. Beruntung kata dia, para pendiri bangsa telah mewariskan Pancasila sebagai arahan dan pedoman agar bangsa yang punya banyak perbedaan bisa bersatu. Pancasila menyatukan bukan hanya aspek politis tapi juga menyatukan hal yang fundamental yaitu ketuhanan.


Ia menjelaskan saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaan d tengah perang dunia kedua, teks proklamasi yang dibacakan 59 detik itu akhirnya membebaskan dan mempersatukan lebih dari 40 negara yaitu kesultanan dan kerajaan.


"Belum pernah terjadi dalam sejarah kecuali di Indonesia penguasa-penguasa lokal dengan mudah melepas kekuasaan dan menyerahkan kekuasaan mereka dengan segala konsekuensi konstitusionalnya kepada sebuah negara yang bernama Indonesia kecuali di Indonesia," papar Yudian.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2021