Kasus ledakannya pun tak sedikit karena menurut Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), dalam dua setengah tahun terakhir, sedikitnya sudah 189 ledakan elpiji terjadi di sejumlah tempat di Tanah Air.
Bahkan di Kabupaten Cilacap yang konon terdapat Kilang Pertamina terbesar di Indonesia dan merupakan salah satu stasiun pemasok elpiji untuk wilayah Jawa Tengah juga tak luput dari kasus ledakan tabung gas tiga kilogram ini.
Tak tanggung-tanggung, tiga kasus ledakan tabung elpiji tiga kilogram terjadi di Kabupaten Cilacap dalam kurun waktu kurang dari sepekan.
Ledakan pertama terjadi pada Rabu (21/7) di RT 04 RW 10 Kelurahan Sidakaya, Kecamatan Cilacap Selatan, dengan korban seorang penjual jamu keliling asal Solo bernama Sri Wini (24) yang mengalami luka bakar dan atap dapur rumah kontrakannya jebol.
Sri Wini merupakan putri sulung dari lima bersaudara anak pasangan Sagino (53) dan Suwarti (47). Kedua orang tuanya tinggal di Solo.
Perempuan lajang ini mengalami luka bakar setelah kompor gas yang sedianya akan digunakan untuk memasak air racikan jamu meledak dan apinya menyambar beberapa bagian tubuhnya.
Akibat peristiwa tersebut, Sri harus mendapat mendapat perawatan di Ruang Bougenvile Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap.
"Kondisi anak saya kini sudah semakin baik, terutama pada bagian lengan. Yang terasa sekarang cuma kaku-kaku saja, tapi dia sudah tak lagi merasakan perih," kata ayahanda Sri Wini, Sagino di Cilacap, Selasa (27/7).
Menurut dia, Pertamina telah menjenguk Sri Wini dan menyatakan bersedia membiayai seluruh pengobatan putri sulungnya hingga sembuh.
Peristiwa ledakan kedua terjadi pada Jumat (23/7) di rumah Laman Martowigeno (71), warga RT 03 RW 03 Desa Glempang, Kecamatan Maos.
Kendati tidak menimbulkan korban, ledakan elpiji tersebut mengakibatkan atap dapur rumah Laman jebol.
Ledakan di rumah Laman ini terjadi pada malam hari, sekitar pukul 22.00 WIB di saat tidak ada aktivitas memasak di dapur dan kompor gas tersebut terakhir digunakan pada Jumat pagi, sekitar pukul 09.00 WIB.
Bahkan sebelum terjadi ledakan, di dapur tersebut sama sekali tak ada api yang menyala karena tungku kayu bakar di tempat itu sudah lama tak terpakai dan baru dibersihkan sehari sebelumnya.
"Saya tak tahu pasti mengapa ledakan elpiji itu terjadi padahal tabung dibeli pada Kamis sore (22/7) dan baru digunakan pagi harinya," ujar Laman.
Sementara ledakan ketiga terjadi pada Minggu (25/7) di rumah Sodikin (38), warga Desa Mulyadadi RT 01 RW 01, Kecamatan Majenang, akibat adanya kebocoran gas.
Akibat ledakan tersebut, Sodikin mengalami luka bakar pada kedua kakinya karena tersambar api saat berusaha melepas regulator dari tabung elpiji tiga kilogram miliknya yang bocor itu.
Menurut Sodikin, peristiwa itu diketahui saat tetangganya berteriak jika ada kebocoran gas sehingga dia pun segera masuk ke dalam rumah.
"Sesampainya di dalam, dapur sudah bau sekali seperti bau gas. Regulator langsung saya cabut tapi mendadak dari kompor menyemburkan api," katanya.
Menurut dia, api tersebut langsung menyambar kedua kakinya sehingga kulit telapak hingga mata kaki mengelupas.
Ia mengatakan, tabung elpiji tersebut dibelinya pada Sabtu (24/7) dan saat memasang regulator tak menemukan sedikit pun keganjilan.
Bahkan saat kompor itu digunakan untuk memasak pada Minggu pagi juga tidak bermasalah.
Resosialisasi Elpiji
Maraknya kasus ledakan tabung elpiji tiga kilogram menyebabkan sebagian masyarakat merasa takut untuk menggunakan bahan bakar gas ini.
Kendati demikian, mereka tidak serta merta beralih menggunakan minyak tanah maupun kayu bakar karena minyak tanah yang sekarang beredar di pasaran tak bersubsidi lagi sehingga harganya pun menjadi mahal, sedangkan kayu bakar saat ini sulit didapat karena hujan masih sering turun hujan sehingga jarang ada kayu yang kering.
Oleh karena itu, masyarakat mengharapkan adanya resosialisasi penggunaan tabung gas elpiji tiga kilogram dilakukan secara menyeluruh hingga menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
"Sosialisasi memang sering dilakukan melalui tayangan di televisi tetapi hal itu menurut saya kurang efektif," kata Sartam Kiyamto (58), warga Desa Glempang RT 01 RW 02, Kecamatan Maos, Cilacap.
Ia mengatakan, sosialisasi melalui televisi sulit dipahami masyarakat karena hanya sepintas.
Menurut dia, sebaiknya Pertamina menggelar resosialisasi penggunaan elpiji tiga kilogram secara aman dan benar dapat dilakukan hingga menyentuh seluruh lapisan masyarakat di pedesaan.
Seorang pemilik pangkalan elpiji tiga kilogram di Desa Karangreja, Kecamatan Maos, Prayitno (40) mengatakan, resosialisasi penggunaan elpiji secara baik dan benar sebaiknya tidak hanya dilakukan oleh Pertamina tetapi melibatkan semua pihak termasuk masyarakat.
"Misalnya, mas nggak tahu cara menggunakan elpiji yang baik dan benar, saya yang kebetulan tahu caranya semestinya kasih tahu. Ini kan sama saja dengan sosialisasi," katanya.
Sementara itu, Assistant Manager External Relation Pertamina Pemasaran Region IV Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Heppy Wulansari mengatakan, pihaknya akan terus melakukan resosialisasi penggunaan tabung elpiji tiga kilogram secara benar dan aman termasuk sosialisasi aksesori yang berstandar nasional Indonesia.
Kendati demikian, dia mengharapkan adanya keterlibatan dari berbagai pihak sehingga resosialisasi tersebut dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Oleh karena itu, kata dia, Pertamina menjalin kerja sama dengan Gerakan Pramuka dalam rangka resosialisasi tersebut.
"Kerja sama dengan Pramuka ini dilakukan sesuai arahan dari Bapak Gubernur Jawa Tengah," katanya.
Sementara terhadap korban ledakan elpiji, menurut dia, Pertamina juga memberikan santunan sebagai wujud kepedulian kepada mereka.
Terkait maraknya kasus ledakan tabung elpiji tiga kilogram tersebut, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengatakan, hal itu merupakan tanggung jawab Pertamina.
Oleh sebab itu, dia meminta Pertamina untuk menyosialisasikan kembali penggunaan tabung elpiji secara baik dan benar kepada masyarakat.
Bahkan, Bibit juga meminta Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jawa Tengah untuk menggerakkan anggotanya turut menyosialisasikan kembali penggunaan tabung elpiji tiga kilogram.
"Saya telah meminta PKK dan Pramuka untuk turut menyosialisasikan kembali penggunaan elpiji bersama Pertamina," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Taufik Kurniawan usai menghadiri sebuah acara di Kebumen, Senin (26/7), mengatakan, penyebab terjadinya ledakan elpiji sebaiknya tidak diperdebatkan.
"Saya sering kali mengatakan, apakah pipanya (selang, red.) ataukah tabungnya, yang pasti gasnya meledak. Jangan kita berdebat antara pipanya atau tabungnya, tapi realitanya banyak yang menjadi korban," katanya.
Terkait hal itu, dia mengatakan, program asuransi kecelakaan sebaiknya diterapkan bagi pengguna elpiji sehingga tidak membebani uang rakyat maupun APBN.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop) Kabupaten Cilacap, Yayah Sobriah, Rabu (28/7), mengatakan, Pertamina telah menjamin biaya perawatan dan pengobatan para korban ledakan elpiji di kabupaten ini.
Selain itu, kata dia, Pemerintah Kabupaten Cilacap mendorong Pertamina untuk mengintensifkan resosialisasi penggunaan tabung elpiji tiga kilogram secara benar dan aman kepada masyarakat.
"Kami juga tidak tinggal diam. Kami tetap membantu menyosialisasikannya sampai ke tingkat RT dan RW berupa penyebaran brosur mengenai tata cara penggunaan elpiji tiga kilogram yang aman," tambahnya.
Menurut dia, sosialisasi tersebut akan dilaksanakan di lima distrik di Kabupaten Cilacap.
Namun upaya yang akan dilakukan Dinperindagkop ini tampaknya kurang mendapat dukungan lantaran seorang pejabat di salah satu dinas yang turut terlibat dalam pelaksanaan konversi minyak tanah ke elpiji tiga kilogram, justru mengatakan masalah sosialisasi merupakan urusan Pertamina, bukan instansinya.
Padahal jika seluruh dinas atau instansi yang terkait masalah konversi bahu-membahu menyosialisasikan kembali penggunaan tabung elpiji secara benar dan aman kepada masyarakat, kemungkinan kasus ledakan bahan bakar gas ini dapat diminimalkan sehingga jumlah korbannya tidak semakin bertambah. (ANT/K004)
Oleh Oleh Sumarwoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010