Para pekerja migran itu pulang dari Malaysia dan Singapura, namun yang paling banyak adalah Malaysia. Setelah dinyatakan negatif, mereka diharapkan dikarantina selama 14 hari di desa melalui PPKM Skala Mikro
Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Sebanyak 20 pekerja migran Indonesia asal Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur yang baru datang dari luar negeri harus menjalani karantina selama lima hari di Rumah Isolasi Sari Indah Gending sambil menunggu hasil tes usap PCR (Polymerase Chain Reaction).
"Status para pekerja migran itu adalah negatif hasil tes usap PCR di Wisma Haji Surabaya. Hanya saja kalau mau keluar karantina, syarat diagnosanya harus dua kali negatif tes usap PCR," kata Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo dr. Dyah Kuncarawati di Probolinggo, Selasa.
Menurutnya dua kali negatif hasil tes usap PCR itu dilakukan pada saat di Wisma Haji Surabaya dan ketika sampai di Kabupaten Probolinggo saat menjalani karantina minimal lima hari.
"Mereka diisolasi dan masih menunggu hasil tes usap PCR kedua. Mereka ditempatkan di Sari Indah Gending karena pada saat tiba di Kabupaten Probolinggo, tempat karantina di Puskesmas Maron sudah terisi penuh," katanya.
Saat itu, lanjut dia, ada sekitar 34 pekerja migran Indonesia yang menjalani karantina, tetapi pada Selasa ini sudah pulang semua karena hasil tes usap PCR nya sudah negatif.
Selama menjalani karantina selama lima hari, aktifitas para pekerja migran Indonesia itu yakni melakukan olahraga, mendapatkan bimbingan psikologi, bimbingan rohani, vitamin dan makan, sehingga statusnya sama dengan orang terkonfirmasi tanpa gejala.
"Para pekerja migran itu pulang dari Malaysia dan Singapura, namun yang paling banyak adalah Malaysia. Setelah dinyatakan negatif, mereka diharapkan dikarantina selama 14 hari di desa melalui PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Skala Mikro," ujarnya.
Ia menjelaskan untuk mencegah kedatangan pekerja migran Indonesia tidak bisa karena disamping mereka pulang mudik, ada juga yang dideportasi karena surat izinnya habis atau paspor visanya habis dan lain-lain.
"Salah satu antisipasi yang dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19 dari kedatangan pekerja migran itu adalah dengan melakukan karantina minimal lima hari setelah dijemput Satgas COVID-19 di Wisma Haji Surabaya," katanya.
Upaya itu dilakukan agar Probolinggo menjadi hijau semua sehingga masyarakat bisa beraktifitas normal kembali seperti dulu, sehingga masyarakat diimbau tetap menjaga protokol kesehatan walaupun sudah diimunisasi, karena imunisasi tidak bisa menangkal masuknya virus, demikian Dyah Kuncarawati .
Baca juga: Pemprov Jatim ketati jalur masuk tenaga migran jelang Idul Fitri
Baca juga: Kepala Puskesmas Gending Probolinggo meninggal karena COVID-19
Baca juga: Positif COVID-19, Kepala Dishub Kota Probolinggo-Jatim meninggal
Baca juga: Karyawan positif, layanan IGD RSUD Tongas Probolinggo-Jatim ditutup
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021