Washington/Kabul (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, Selasa, meremehkan dampak kebocoran dokumen perang Afghanistan ke ranah publik.

Sementara itu, Pemerintah Afghanistan di Kabul menuduh Gedung Putih mengabaikan peranan Pakistan dalam aksi perlawanan Taliban, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Dalam tanggapan pertamanya atas kebocoran 91.000 dokumen rahasia militer AS itu, Obama mengatakan, kasus tersebut menekankan pentingnya untuk berpegang teguh dengan strateginya dalam perang yang sudah berlangsung sembilan tahun itu.

Presiden Obama kini berupaya mengirim tambahan pasukan lebih dari 30 ribu personil untuk menghempang kebangkitan kembali Taliban.

Dalam mendukung misi perangnya di Afghanistan Obama juga mengimbau parlemen agar menyetujui dana 37 miliar dolar AS.

"Sekalipun saya memprihatinkan pengungkapan informasi sensitif dari medan perang yang berpotensi mengancam personil maupun operasi militer, faktanya adalah dokumen-dokumen ini tidak mengungkapkan isu-isu yang tidak menginformasikan perdebatan publik kita tentang Afghanistan," katanya.

Parlemen AS akan memutuskan sikap akhir mereka atas usul anggaran bagi pasukan tambahan AS di Afghanistan itu dalam rapat hari Selasa.

Juli ini adalah bulan tragis bagi pasukan AS di Afghanistan karena beberapa insiden menewaskan beberapa tentara negara adidaya itu.

Akhir pekan lalu, setidaknya lima tentara AS tewas dan dua orang lainnya hilang dalam beberapa insiden terpisah.

Dengan kematian lima tentara AS ini, jumlah personil militer asing yang tewas tahun ini sudah mencapai 397 orang. Sepanjang 2009, sebanyak 520 tentara asing tewas dalam tugas.

Sejak invasi AS di Afghanistan pada 2001, jumlah tentara asing yang tewas sudah mencapai 1.965 orang. Sebanyak 1.205 orang di antaranya adalah tentara AS.

Penyebab utama kematian tentara-tentara asing itu adalah bom rakitan IEDS.

Di seluruh Afghanistan, AS dan NATO menempatkan sekitar 150.000 orang tentara.

AS sendiri sudah memutuskan menambah 30.000 tentaranya atas perintah Presiden Barack Obama. Sebagian besar tentara tambahan ini ditempatkan di Kandahar dan Helmand, dua wilayah rawan di Afghanistan.

Dalam aksi perlawanannya, Taliban antara lain mengandalkan serangan bom rakitan yang biasa disebut "IED".
(R013/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010