Kudus (ANTARA News) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kudus, M Syafiq Nashan, menolak wacana memanfaatkan Menara Kudus sebagai menara telekomunikasi atau base transceiver station (BTS).
"Selain usia bangunan Menara Kudus yang sudah tua, kami yakin masyarakat maupun pengurus menara tidak setuju dengan wacana memanfaatkan menara sebagai BTS telepon selular," ujarnya menanggapi wacana sejumlah operator telepon seluler untuk menjajaki menara masjid sebagai BTS, di Kudus, Rabu.
Apabila wacana tersebut diterapkan untuk menara di sejumlah masjid lainnya, kata dia, pihaknya tidak akan mempersoalkan. "Kami justru mendukung, karena bisa mendukung kegiatan dakwah, terutama yang biasa menggunakan pesawat telepon untuk berkomunikasi. Termasuk pengelola masjid juga akan mendapatkan pemasukan dari jasa tersebut," ujarnya.
Hanya saja, kata dia, hal tersebut perlu dikomunikasikan terlebih dahulu. "Termasuk pesan dari pewakaf masjid, apakah boleh disewakan untuk kepentingan operator selular. Meskipun nantinya, masyarakat sekitar juga diuntungkan dengan kehadiran BTS yang berada dekat dengan pemukiman penduduk," ujarnya.
Sebelumnya, Field Operation Manager Central Region PT XL Axiata (XL), Rony B Wibowo mengungkapkan, XL berencana mengembangkan BTS kamuflase. "Di antaranya memasang BTS di menara tempat ibadah, menyusul adanya pembatasan pembangunan BTS," ujarnya.
Salah satu rencana terdekat, kata dia, XL masih melakukan perundingan untuk merealisasikan pemasangan BTS di menara masjid yang ada di wilayah Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara. "Hal ini sekaligus untuk memberikan bantuan kepada masyarakat sekitar," ujarnya.
Meskipun wacana tersebut belum ada kepastiannya, kata dia, pengembangan BTS yang ada saat ini diarahkan untuk penggunaan menara BTS bersama. "Kami juga tidak mempermasalahkan kebijakan ini," ujarnya.
Sebetulnya, kata dia, secara teknis keberadaan BTS yang berada di dekat pemukiman tidak mengganggu kesehatan warga sekitar. "Pasalnya, belum ada pantauan secara resmi yang menyebutkan keberadaan BTS berpengaruh terhadap kesehatan," ujarnya.
Selama ini, yang berkembang di masyarakat, kata dia, disebabkan karena faktor psikologis warga yang mengkhawatirkan bangunan BTS tersebut akan roboh sewaktu-waktu.(*)
(U.KR-AN/Z002/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010