Bandung (ANTARA News) - Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri menyatakan bahwa pada 2014 atau saat masa berakhirnya Kabinet Indonesia Bersatu II, Indonesia terbebas dari anak jalanan yang sekarang secara nasional jumlahnya 230.000 orang.
Sebelum membuka acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Musrenbang Kesos) di Bandung, Selasa, Salim menuturkan pemerintah akan menjalankan program pemberdayaan para orang tua anak jalanan bekerjasama dengan para pemilik rumah singgah dan memberi motivasi pentingnya pendidikan.
"Kami menemukan beberapa permasalahan dimana salah satu faktor pendorong munculnya anak jalanan adalah adanya dorongan dari orang tua kepada anak untuk mencari nafkah sehingga pemberdayaan kepada orang tua merupakan program yang akan dilakukan," katanya.
Pemerintah telah membebaskan biaya untuk masuk sekolah namun kebutuhan pendukung lainnya seperti buku dan seragam sekolah masih memberatkan para orang tua. "Hal ini yang menjadikan munculnya anak jalanan dikalangan warga miskin," katanya.
"Kami juga menilai pentingnya para anak jalanan untuk bergabung di rumah singgah namun hingga kini Kemensos masih secara bertahap memberikan bantuan fasilitas dan sarana karena banyaknya jumlah home care atau rumah singgah di Indonesia," ujar Mensos.
Secara umum, lanjut Salim, permasalahan ini tidak hanya terjadi di Jakarta namun juga di seluruh daerah di Indonesia. "Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat memiliki jumlah anak jalanan yang signifikan sekitar 20 persen dari jumlah anak terlantar," katanya.
Pada 2010 jumlah anak jalanan yang menjadi binaan Kemensos sebanyak empat persen dari 5.4 jumlah anak terlantar atau sekitar 160 ribu anak jalanan. Rencananya setiap tahun Kemensos akan membina 50 ribu anak jalanan hingga 2014.
(I024/Y003/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010