Jakarta (ANTARA) - Hasil survei Katadata Insight Center (KIC) menggambarkan pandemi COVID-19 mempercepat adaptasi digital pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dari bisnis offline ke online seperti marketplace.
“Kami menemukan bahwa pada masa pandemi, pelaku UMKM mulai berpindah ke marketplace. Cukup banyak UMKM jadi pemain baru di platform online pada masa pandemi. Dan marketplace adalah pilihan utama mereka ketika masuk ke platform penjualan online,” kata Manajer Survei Katadata Insight Center, Vivi Zabkie dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin.
Menurut Vivi, dorongan UMKM masuk ke platform online sudah terbaca 6 bulan sejak pandemi. Terdapat 86 persen UMKM yang menggunakan 1 hingga 3 marketplace untuk memasarkan produk. Bahkan, sisanya ada yang memanfaatkan 4 hingga 6 marketplace sebagai kanal penjualan.
“Dari riset tahun lalu, tren itu sudah terlihat. Salah satunya pemanfaatan platform digital sebagai salah satu upaya bertahan di masa pandemi,” ujar Vivi.
Baca juga: Aktivitas belanja daring saat Ramadhan 2021 diprediksi meningkat
Hasil survei KIC menunjukkan bahwa peran marketplace sangat penting dalam membantu UMKM memasarkan produk sehingga mereka bisa bertahan dan berjualan di masa pandemi (77 persen). Marketplace juga memiliki banyak program promo (gratis ongkir, cashback dan diskon) sehingga mampu menjadi daya tarik bagi konsumen untuk berbelanja di toko online milik UMKM (72 persen).
Selain itu, marketplace dinilai aman untuk bertransaksi (69 persen) dan mudah digunakan atau user friendly (66 persen). Berikutnya, marketplace dianggap berperan dalam memberi edukasi lengkap kepada UMKM tentang cara berjualan online (55 persen) sehingga membantu penjualan produk UMKM ke ranah ekspor.
Selain itu, pandemi COVID-19 yang masih berlangsung sampai saat ini membuat marketplace berperan besar dalam membantu bisnis UMKM tetap bertahan. Dari skala 1 sampai 10, responden UMKM memberi nilai 9 atau sangat setuju bahwa marketplace telah membantu memperluas jaringan bisnis dan memicu tumbuhnya bisnis baru. Responden juga memberi nilai 8 atau setuju bahwa marketplace membantu UMKM bertahan serta mendukung keberlangsungan UMKM Indonesia di masa pandemi.
Baca juga: Riset: E-commerce terus berpotensi tumbuh di Indonesia
"Platform digital menjawab tuntutan konsumen di masa pandemi yang mewajibkan mereka tak banyak bepergian, tetap berada di rumah serta menjaga jarak. UMKM menyadari adanya tren peralihan konsumen ke belanja digital. Maka marketplace akhirnya menjadi tempat yang diandalkan untuk mempertemukan UMKM dengan konsumen,” ungkap Vivi.
Dari hasil survei juga terungkap bahwa sebanyak 82 persen responden UMKM menggunakan Shopee sebagai tempat menjual dan memasarkan produk secara online, kemudian 64 persen responden menggunakan Tokopedia, Bukalapak 28 persen, Lazada 22 persen, Blibli 15 persen dan lainnya 9 persen.
Untuk program promo, seperti gratis ongkir, cash back dan diskon untuk meningkatkan pembelian dari masing-masing UMKM yang menggunakan marketplace, sebanyak 89 persen UMKM pengguna Shopee merasakan hal ini, diikuti 45 persen UMKM pengguna Tokopedia, 17 persen UMKM pengguna Lazada, 11 persen UMKM pengguna Bukalapak dan 12 persen UMKM pengguna Blibli.
Sedangkan dalam hal membantu memasarkan produk atau toko dengan baik, 85 persen UMKM yang menggunakan Shopee merasakan manfaat ini, diikuti 53 persen UMKM yang menggunakan Tokopedia, 33 persen UMKM pengguna Lazada, 17 persen, UMKM pengguna Bukalapak dan 12 persen UMKM pengguna Blibli.
“Dengan beragam temuan tersebut dapat diketahui bahwa kehadiran marketplace di Indonesia secara umum telah memberi beragam manfaat bagi UMKM, yakni memperluas jaringan usaha (72 persen) mempermudah interaksi dengan pelanggan secara online (65 persen) hingga mempermudah ekspor (19 persen),” kata Vivi.
Adapun survei tersebut dilakukan terhadap 392 UMKM di sejumlah kota di Indonesia, yakni Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Medan pada periode 24 Maret hingga 9 April 2021.
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021