Kerbala, Irak (ANTARA News/Reuters) - Dua bom mobil meledak di dekat kota suci Syiah, Kerbala, Senin, menewaskan 20 orang yang sebagian besar peziarah Syiah dan melukai 54 orang, kata seorang pejabat Irak.
Ledakan-ledakan itu terjadi di jalan antara Kerbala dan kota suci Syiah Najaf, kata Mohammed al-Moussawi, kepala dewan provinsi Kerbala, kepada Reuters.
Bom-bom itu ditujukan pada peziarah Syiah yang mengunjungi Kerbala, 80 kilometer sebelah baratdaya Baghdad, menjelang peringatan kelahiran Imam Mohammed al-Mehdi yang diperkirakan dihadiri ratusan ribu orang pekan ini.
Satu sumber kepolisian mengatakan, 30 orang tewas atau cedera akibat ledakan satu bom mobil.
Peringatan kelahiran ulama tersebut merupakan salah satu peziarahan tahunan yang berkembang menjadi unjuk kekuatan masyarakat mayoritas Syiah di Irak sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Saddam Hussein yang mengekang ritual semacam itu.
Juga Senin, sedikitnya empat orang tewas dalam serangan bom bunuh diri terhadap saluran televisi berita Al-Arabiya di Baghdad,
Penyerang meledakkan sebuah kendaraan kecil yang dikemudikannya di dekat pintu gerbang kantor Al-Arabiya di daerah Harithiya Baghdad, menewaskan seorang pekerja pembersih dan tiga penjaga, kata juru bicara keamanan kota itu Mayor Jendral Qassim al-Moussawi. Sepuluh orang lagi terluka dalam serangan tersebut.
Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak.
Rabu (21/7), ledakan bom mobil merenggut 30 jiwa dan mencederai 46 orang di dekat sebuah masjid di daerah Syiah kota Baquba, sebelah utara Baghdad.
Ketidakpastian politik setelah pemilihan umum 7 Maret telah menyulut peningkatan kekerasan dalam beberapa bulan terakhir.
Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.
Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.
Kekerasan di Irak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, kemudian menurun tajam, dan serangan-serangan terakhir itu menandai terjadinya peningkatan.
Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun lalu dalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedung pemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dan kehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.
Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas dan bisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikus berusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.
Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktu lalu memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkan serangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat di Baghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.
Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamanan akan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yang bertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.
Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010