Kabul (ANTARA News) - Sedikit-dikitnya 45 warga, banyak di antaranya wanita dan anak-anak, tewas akibat serangan roket pasukan pimpinan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, pekan lalu, kata juru bicara pemerintah Afghanistan, Senin.
Peristiwa itu terjadi di kabupaten Sangin, Helmand, pada Jumat ketika warga berdesakan di rumah lumpur, mengungsi dari pertempuran antara Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan NATO dan gerilyawan Taliban, kata Siyamak Herawi kepada kantor berita Inggris Reuters.
Juru bicara ISAF pada Minggu menyatakan pasukan sekutu itu mengetahui laporan tentang kejadian tersebut dan menyelidikinya.
Belum ada tanggapan lebih lanjut.
Korban di kalangan rakyat dan kematian akibat tembakan tak sengaja di antara pasukan keamanan Afghanistan menjengkelkan Presiden Hamid Karzai dan pasukan Barat, dalam perang berlangsung sembilan tahun sejak penumbangan Taliban pada 2001.
ISAF menyatakan komandan tentara telah menyelenggarakan pertemuan dua dengan tokoh tua setempat di Jani Khel untuk membahas kejadian seperti itu.
Komandan baru Amerika Serikat dan pasukan NATO, Jenderal David Petraeus, mempertimbangkan perubahan aturan, yang disusun pendahulunya, untuk mencegah korban pada rakyat, setelah terdapat banyak keluhan berkaitan dengan serangan tentara sekutu terhadap gerilyawan.
Mengurangi korban di kalangan penduduk oleh tentara asing dan melindungi penduduk adalah tugas utama siasat lawan-pemberontakan ISAF di Afghanistan.
Tapi, sejumlah kejadian melibatkan serangan udara ISAF di pedesaan Afghanistan, yang mengakibatkan sejumlah besar penduduk terbunuh, mencemari usaha mengurangi korban di kalangan penduduk.
Kematian penduduk di tangan tentara asing memicu ketidakpercayaan di antara rakyat Afghanistan, pemerintah dan tentara Amerika Serikat serta NATO, kendati kebanyakan kematian seperti itu disebabkan oleh siasat pejuang, seperti, bom rakitan.
Pihak berwenang Afghanistan pada akhir Desember 2009 menyatakan menyelidiki laporan tentang warga tewas akibat serangan udara NATO, sementara terjadi unjukrasa menyangkut sejumlah kematian warga.
Kepekaan akan korban di kalangan rakyat oleh gerakan NATO atau pasukan pimpinan Amerika Serikat merusak hubungan antara Presiden Afghanistan Hamid Karzai dengan pendukungnya di pasukan asing.
Presiden Karzai jauh sebelumnya memperingatkan bahwa pasukan harus melakukan semua langkah untuk melindungi warga.
Warga desa Afghanistan, yang marah dan turun ke jalan, menyatakan penduduk tewas akibat serangan tentara Afghanistan dan NATO, tapi pasukan mengatakan yang gugur adalah pejuang.
Panglima tertinggi tentara sekutu di Afghanistan, Jenderal Stanley McChrystal, berulangkali menyampaikan permintaan maaf atas kejadian semacam itu.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Terdapat sekitar 150.000 prajurit asing dari 43 negara, terutama Amerika Serikat, di Afghanistan untuk membantu pemerintah Karzai mengatasi perlawanan sisa Taliban.
Pengamat hak asasi Amnesti Internasional menyeru tentara NATO dalam serangan besar di Afghanistan selatan dan musuh mereka, gerilyawan Taliban, melindungi warga, yang terjebak dalam kemelut itu.
Reuters/B002/Z002
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010