Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan kerjasama antara partainya dengan PAN dan Pemuda Muhammadiyah memiliki legitimasi historis dan ideologis karena memegang obor semangat keindonesiaan sejak awal.
"Jadi kalau cikal bakal PAN adalah Muhammadiyah, maka kerja sama kami dengan PAN dan Pemuda Muhammadiyah, punya legitimasi historis dan ideologis. Karena kita bersama yang memegang obor semangat keindonesiaan itu sejak awal," kata Hasto dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Hal itu dikatakan Hasto ketika menjadi pembicara dalam Rapat Koordinasi Nasional Pemuda Muhammadiyah bertema "Konfigurasi Politik Pemuda Muhammadiyah Menyambut Pesta Demokrasi 2024". Acara itu juga dihadiri Sekjen DPP PAN Eddy Soeparno dan pengurus Pemuda Muhammadiyah seluruh Indonesia, di Jakarta, Minggu.
Hasto mengatakan tidak ada pemilik tunggal republik karena Indonesia adalah negara gotong royong yang menjadikan rakyat sebagai satu-satunya pemegang legitimasi kekuasaan.
Menurut dia, sejak awal berdiri, gotong royong sudah nyata. Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU), dan PNI sebagai representasi kelompok Nasionalis selalu bersama mempelopori Indonesia Merdeka.
Dia juga berbicara terkait kondisi Indonesia yang sejak 1997-1998, kedaulatan politik negara berusaha dikontrol melalui "Letter Of Intent" IMF.
"Lalu terjadi juga reproduksi 'American Politics' di Indonesia dengan credo 'one man, one vote, dan one value' yang menggantikan demokrasi musyawarah," ujarnya.
Hal itu menurut dia menyebabkan muncul berbagai dampak negatif yaitu terjadi konvergensi politik-hukum-kapital-pemilik media; meningkatnya primordialisme, hingga konflik Pancasila melawan ideologi transnasional.
Situasi itu menurut dia membuat Indonesia mundur dari kemajuan yang pernah terjadi sebelumnya, di era kepemimpinan Bung Karno, kekuatan Pancasila berhasil mendorong kemerdekaan bangsa Maroko, Tunisia dan Aljazair, serta dukungan penuh bagi Palestina dan Pakistan.
"Aljazair merdeka karena campur tangan Indonesia, apa kita tidak bangga? Tiba-tiba sekarang kita cuma melihat ke dalam, masalah di dalam negeri melulu, seakan terjadi konflik antara Pancasila dan Islam. Padahal dahulu, Pancasila justru memerdekakan negara dunia Islam," katanya.
Dalam diskusi tersebut, Hasto menekankan, pertama, bagaimana Pemuda Muhammadiyah memiliki kekuatan ideologis dan moralitas yang baik yaitu Pancasila dan semangat Islam is a progress.
Kedua menurut dia, bagaimana Pemuda Muhammadiyah bersama pemuda Indonesia lainnya menguasai sains dan teknologi. Sebab tak ada bangsa yang besar tanpa riset serta inovasi.
"Ketiga, kader Pemuda Muhammadiyah harus memiliki kemampuan organisasi yang, beserta kemampuan leadership yang handal dan juga mampu berkomunikasi yang baik. Keempat, cara pandang, harus berjuang mendorong kemajuan Indonesia di dunia, jadi 'outward looking'," ujarnya.
Sekjen PAN Eddy Soeparno mengatakan selama ini banyak yang menduga partai politik sekedar memikirkan pemenangan pemilu setiap lima tahun. Namun menurut dia, yang sering tidak diketahui masyarakat, parpol sebenarnya memikirkan bagaimana menciptakan negarawan.
"Sering disebut politikus hanya pikirkan elektoral tiap 5 tahun. Namun negarawan memikirkan bagaimana generasi berikutnya, Mas Hasto dengan kami di PAN, mungkin bisa disebut hybrid," katanya.
Dia menjelaskan, politisi hybrid artinya tugas pokok memenangkan pemilu agar bisa perjuangkan aspirasi masyarakat namun tugas utamanya adalah menciptakan negarawan yang memikirkan generasi bangsa ke depan.
Eddy mendorong Pemuda Muhammadiyah bisa menjadi penghubung yang baik bagi para generasi milenial serta generasi Z, khususnya agar bisa memahami politik dan tidak apatis.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021